Koneksi Internet di Mobil Anda
Oleh
Prasetyo Eko P
Telepon
pintar tidak bisa lagi dipisahkan dari aktivitas keseharian, termasuk saat
berkendara. Mengintegrasikan telepon pintar ke mobil pun menjadi semacam
keharusan. Masalahnya, bagaimana melakukan itu secara ramah, aman, dan murah? Produsen
mobil kini dipaksa untuk membawa konektivitas ke dalam kendaraan produksinya.
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, alternatif head unit atau tape
mobil yang lebih cerdas semakin banyak. Namun, anehnya, banyak produsen mobil
yang tidak meningkatkan kualitas head unit mereka.
Misalnya,
sebuah mobil yang diproduksi khusus untuk segmen jelajah dengan harga hingga Rp
400 juta pun hanya memiliki tape mobil standar. Sama sekali tak memiliki fitur
navigasi GPS untuk memandu perjalanan ke pelosok, apalagi untuk internet.
Produsen mobil seperti ini tak memanfaatkan perkembangan teknologi yang semakin
murah. Oleh karena itu, upaya mendandani head unit atau tape mobil agar lebih
pintar kini menjadi tema menantang. Banyak sistem hiburan atau head unit di
dasbor mobil sangat buruk. Meski sudah banyak yang sudah memakai layar sentuh,
tetap saja tidak nyaman dipakai dibandingkan dengan ketika mengoperasikan
tablet atau telepon seluler.
Bagi
warga kota, misalnya Jakarta, kemacetan memaksa orang lebih lama berada di
depan kemudi. Sistem hiburan dalam mobil yang buruk membuat jalanan Ibu Kota
menjadi lebih menyiksa. Beberapa head unit bawaan pabrikan hanya bisa untuk
mendengarkan radio dan memutar DVD. Head unit yang tak memiliki konektivitas
menjadi membosankan, apalagi saat kemacetan mendera seperti di Jakarta. Memakai
telepon seluler untuk berkirim pesan dengan teman atau keluarga tentu sangat
tak dianjurkan saat tengah berkendara.
Tersedia
banyak head unit pabrikan Tiongkok atau Taiwan yang lebih kaya fitur, tetapi
diperlukan keahlian dan kesabaran untuk memilihnya. Salah memilih, bisa jadi
mendapatkan head unit yang berfungsi hanya beberapa bulan. Head unit pintar
buatan pabrikan ternama selalu memiliki satu kendala, yaitu harga yang teramat
mahal.
Kesadaran dari luar. Kesadaran
untuk melengkapi head unit dengan fitur yang lebih pintar itu justru datang
dari luar bisnis otomotif. Dua perusahaan raksasa, yaitu Apple dan Google,
menyadari permasalahan tersebut. Keduanya membuat sebuah aplikasi yang
memungkinkan sistem hiburan sebuah mobil terintegrasi dengan aplikasi yang ada
di dalam telepon pintar. Lahirlah CarPlay dari Apple dan Android Auto dari
Google. Keduanya berupaya mengintegrasikan gawai dengan mobil dengan cara lebih
ramah, meminimalkan gangguan saat mengemudi, dan paling utama: aman.
Setidaknya, demikianlah idenya.
Kedua
sistem milik Apple dan Google tersebut akan mengintegrasikan perintah suara
aplikasi ke dalam head unit. Dengan mengombinasikan kekuatan telepon pintar
dengan perangkat di mobil, harapannya adalah sistem hiburan yang lebih baik,
ramah, dan aman. Keduanya bukanlah sebuah sistem operasi. Baik Android Auto
maupun CarPlay adalah semacam aplikasi di telepon pintar yang dipancarkan ke
head unit atau tape mobil dengan sistem mirroring di dasbor. Layar sentuh di
mobil digunakan untuk mengoperasikan sejumlah aplikasi pilihan yang ada di
ponsel pintar Android atau iPhone.
Keselamatan
pengguna menjadi salah satu faktor utama kedua perusahaan saat mendesain
antarmuka sistem ini. Google, misalnya, bekerja sama dengan lembaga pemerintah,
seperti National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA), untuk mendesain
antarmuka yang aman berdasarkan praktik aman berkendara. Hasilnya adalah
antarmuka yang berbeda dengan telepon pintar Android. Antarmuka itu lebih
sederhana dan mudah diakses, ikon aplikasi yang jauh lebih besar, dan fokus
pada perintah suara atau teknologi handsfree. Untuk berkirim pesan atau
menelepon, tidak perlu menyentuh layar, cukup dengan perintah suara dan
mendiktekan pesan yang hendak disampaikan.
Hampir
semua produsen mobil pun kini mengadopsi kedua sistem tersebut dalam produk
baru mereka. Mereka memberikan pilihan kepada pengguna untuk memilih ekosistem
yang hendak dipakai. Yang pasti, salah satu tujuan keduanya adalah agar tangan
pengendara tidak lepas dari roda kemudi dan mata selalu mengarah ke jalan. Semua
teknologi yang membuat pengendara melepas telepon selulernya saat menyopir
sudah pasti bagus. Kedua sistem mengurangi gangguan akibat gawai saat
berkendara meski sedikit mengurangi fungsionalitas telepon pintar itu.
Kedua
sistem tersebut menawarkan navigasi, telepon, dan berkirim pesan singkat,
dengan perintah suara. Untuk navigasi, Android Auto memakai Google Maps,
sedangkan CarPlay memakai Apple Maps. Sayangnya, salah satu aplikasi populer
navigasi, seperti Waze, tidak didukung keduanya. Namun, untuk bisa menikmati
kedua teknologi itu, tidak murah. Hanya mobil-mobil keluaran baru yang mendukung
sistem tersebut. Bagi pemilik mobil lama, untungnya ada sejumlah perangkat
aftermarket yang bisa dipasang menggantikan perangkat lama. Pioneer dan Kenwood
mengeluarkan head unit yang mendukung penggunaan CarPlay atau Android Auto.
”Head unit” Android. Jika
menggunakan CarPlay atau Android Auto dirasa mahal, cara paling mudah menikmati
konektivitas dalam mobil adalah memasang telepon pintar, baik Android atau
iPhone maupun tablet dan iPad, ke dalam mobil dengan bantuan holder. Cara ini
paling murah karena tidak perlu membeli mobil baru atau head unit yang
mendukung kedua sistem tersebut.
Cara
lain adalah dengan mengganti head unit lama dengan menggunakan head unit
Android yang kini sudah banyak beredar di pasaran. Keuntungan dari kedua cara
ini adalah semua fungsi telepon pintar tidak berkurang, seperti pada CarPlay
atau Android Auto. Kelemahannya adalah antarmuka yang kompleks pada telepon
pintar bisa mengganggu pengendara. Hal ini dapat berbahaya karena mengganggu
konsentrasi saat mengemudi. Membatasi penggunaan gawai di mobil hanya untuk
mendengarkan musik dan navigasi adalah cara paling aman.
Sejumlah
produk head unit Android yang beredar di Indonesia di antaranya produk AVT,
AND-9000 dengan sistem Android 4.1 Jelly Bean, ARM Dualcore Cortex A9 1GHz
Processor, dan RAM 1GB DDR3. Produk lain yang banyak ditawarkan di situs
belanja seperti Amazon, misalnya, head unit Android asal Tiongkok. Harganya
cukup terjangkau, seperti harga telepon pintar murah.
Dari
pengalaman selama beberapa bulan menggunakan head unit Android dengan sistem
operasi 4.2.2 produk Tiongkok, memang terasa lebih nyaman dibandingkan dengan
head unit lama bawaan mobil. Head unit ini sangat responsif, serasa
mengoperasikan sebuah tablet atau telepon pintar. Head unit ini juga bisa digunakan
untuk berselancar di internet dengan menggunakan Wi-Fi atau memasang modem. Untuk
navigasi, keuntungan dari head unit Android adalah bisa memakai aplikasi secara
bebas, baik yang menggunakan peta daring (online), seperti Google Maps dan
Waze, atau peta luring (offline), seperti IGO, SyGic, dan Here Maps. Penggunaan
Waze membuat mobil lebih cerdas karena bisa memberi informasi jalan macet,
memilih rute paling cepat, dan memberi informasi jika di depan ada kendaraan
lain yang berhenti, jalan berlubang, hingga kecelakaan. Head unit ini memiliki
tombol fisik untuk memilih menu atau fitur. Misalnya, tombol band untuk radio,
tombol navi untuk navigasi, dan tombol media untuk musik sehingga
pengoperasiannya tidak terlalu mengganggu konsentrasi saat tengah mengemudi.
Keamanan. Meski
dibuat agar tidak mengganggu konsentrasi pengendara, penggunaan sejumlah sistem
itu ternyata tidak bebas risiko. Dari hasil penelitian yang dilakukan sebuah
lembaga nonprofit di Amerika Serikat, AAA Foundation for Traffic Safety,
pengendara yang memakai perintah suara dalam mobil tetap tidak aman dari
gangguan konsentrasi. Seperti dikutip dari LA Times, pengendara yang memakai
perintah suara dalam sistem hiburan di mobilnya tetap terganggu selama sekitar
27 detik setelah melakukan panggilan telepon atau mengubah musik.
Penelitian
itu mengungkapkan kekhawatiran baru mengintegrasikan telepon pintar dengan
sistem hiburan di mobil. ”Bukti ilmiah menunjukkan bahwa perintah suara tidak
bebas risiko,” kata Marshall Doney, CEO AAA. Gangguan itu tetap berlangsung
meski pengendara mengembalikan perhatiannya ke jalan dan kedua tangan tetap
berada di roda kemudi. Dari penelitian itu, masalah yang bisa ditimbulkan
akibat gangguan sistem hiburan di mobil tersebut adalah luput melihat tanda
berhenti hingga tidak melihat pejalan kaki atau kendaraan lain. Apa pun sistem
yang dipakai, tetap utamakan keselamatan!
Pemindai komputer mesin. Tahukah
Anda bahwa kita bisa memindai komputer mesin mobil dengan Android? Mobil modern
telah dilengkapi sebuah colokan atau soket bernama OBDII yang rata-rata
lokasinya berada di bawah setir.
Aplikasi
ini bisa berjalan jika soket OBDII dikoneksikan ke Android melalui sebuah
Bluetooth dongle. Anda bisa mendiagnosis kondisi mesin dan akan muncul
peringatan jika ada masalah pada mesin. ( sumber : kompas, 27 oktober 2015, Membawa Konektivitas Internet ke Dalam Mobil)
No comments:
Post a Comment