November 26, 2017

Pendiri Bukalapak KembangKan BisnisMu : ”Urip Mung Mampir Ngombe”


NINO CITRA ANUGRAHANTO UNTUK KOMPAS
CEO Bukalapak Achmad Zaky dalam acara Kopdar Akbar 2017 Bukalapak di Wisma Aldiron, Pancoran, Jakarta Selatan, Sabtu (25/11).
Urip mung mampir ngombe adalah pepatah dari bahasa Jawa yang berarti ”hidup hanya sementara”. Pepatah itu dipegang Achmad Zaky, salah satu pendiri dan Chief Executive Officer PT Bukalapak, sebagai panduan hidupnya. Ia ingin terus memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar melalui keahliannya dalam berbisnis dan teknologi informasi. Saat ini, ada sekitar 2 juta orang yang ia berdayakan dengan menjadi pelapak melalui platform marketplace bernama Bukalapak. Marketplaceitu dibentuknya bersama teman satu kosnya, Nugroho Herucahyono, sejak 2009 dan baru diluncurkan pada 2010.

Pria berusia 31 tahun itu tampak sangat sederhana. Ia hanya mengenakan kaus hitam bertuliskan Bukalapak, celana jins, dan sepatu kets, saat ditemui Kompas dalam Kopdar Akbar 2017, di Lapangan Wisma Aldiron, Pancoran, Jakarta Selatan, Sabtu (25/11) siang. Acara itu mempertemukan semua pelapak dari berbagai daerah di Indonesia yang tergabung dalam Bukalapak.Keramahan juga terpancar darinya. Senyum tidak pelit-pelit ia bagikan kepada siapa pun yang menyapanya. Para pelapak yang datang dari Lampung, Surabaya, Bandung, dan lain-lain, pada hari itu bisa seenaknya merangkul dia dan mengajak berswafoto bersama. Ia tetap rendah hati meski memiliki jabatan tinggi di perusahaan yang dikelolanya.
Di sela-sela kesibukan Zaky, sapaan akrab pria itu, bertemu dengan para pelapak, Kompas mendapat kesempatan berbincang empat mata dengannya. Berikut wawancara Kompas dengan penggawa salah satu marketplace ternama di Indonesia.
Bagaimana perjalanan Bukalapak dari awal?
Perkembangannya eksponensial, ya. Kami sudah tujuh tahun, hampir delapan tahun. Kami memulai dari dua orang. Saya dan teman saya dari kamar kosan. Kami tidak pernah menyangka bisa sampai sebesar ini.
Ya, selayaknya anak muda yang dulu punya mimpi gedhe gitu, loh. ”Ah, kamu anak muda enggak mungkinlah itu.” Begitu, kan, biasanya? Ini berawal dari kenaifan anak muda yang gila. Kami sendiri juga awalnya ada tidak yakinnya, gitu. Nekat saja memulai ini karena ada mimpi yang besar. Mimpi bahwa harus ada anak muda yang membuat hal seperti ini supaya bisa memberdayakan orang dengan teknologi. Kita tahu sendiri Indonesia begini, ya. Lapangan pekerjaan sulit. Kami tidak ingin mendesak para pekerja yang lain. Kami ingin menciptakan lapangan pekerjaan.

Jadi, spirit awalnya dari situ. Namun, kita sendiri awalnya tidak yakin. Apalagi orang sekitar. He-he-he. Ya, sembari meyakinkan diri sendiri juga. Ini benar tidak, sih? Kami kerja keras siang malam. Tidur larut, bangun pagi buta. Ya, seperti kalau mengingat sewaktu masih indekos dulu.

Sewaktu awal dulu, Bukalapak itu mungkin analoginya seperti bayi baru lahir. Masih dijagain banget. Kami harus kerja keras. Itu pengalaman yang sangat spiritual bagi saya. Karena apa? Kami tidak punya duit, keluarga kurang suportif, teman kurang suportif, dan kami cuma dua orang.

Pekerjaan pertama itu kami meyakinkan diri kami sendiri. Kami yakin tidak, sih? Sampai duit kami habis dalam waktu satu tahun itu. Kami, kan, mengerjakan Bukalapak ini dengan uang saku kami sendiri. Keyakinan kami, kan, jadi melorot itu.

Pekerjaan pertama itu kami meyakinkan diri kami sendiri. Kami yakin tidak, sih? Sampai duit kami habis dalam waktu satu tahun itu. Kami, kan, mengerjakan Bukalapak ini dengan uang saku kami sendiri. Keyakinan kami, kan, jadi melorot itu. Apalagi teman saya waktu itu akan menikah. Dia hampir keluar. Kalau dia keluar, bisa tutup ini. Lalu, saya coba yakinkan dia. Setidaknya saya meyakinkan diri saya sendiri terlebih dahulu.
Yang membuat saya yakin itu, ya, teman-teman dari usaha kecil dan menengah (UKM) ini. Setahun kami berjalan, kami memiliki 10.000 UKM. Mereka itu hidupnya bergantung pada kami (Bukalapak). Saya tidak tega dengan mereka. Saya bilang ke teman saya, at least, kasih waktu lah ke mereka. Kita lihat perkembangannya. Jika ini ditutup, mereka rezekinya hilang. Jadi, saya pikir, ya, dia believe sama itu. 

Kalau dia bekerja, kerja itu feeling-nya enggak kayak gitu. Ketika kerja untuk 10.000 orang, ada kesenangan tersendiri untuk itu. Tidak digaji pula. Akhirnya, dia mau bertahan dan pertumbuhannya makin fenomenal dan bisa sampai sekarang.


NINO CITRA ANUGRAHANTO UNTUK KOMPAS
CEO PT Bukalapak Achmad Zaky berswafoto bersama dengan para pelapak dari Bukalapak, di Wisma Aldiron, Pancoran, Jakarta Selatan, Sabtu (25/11).

Awal idenya muncul sejak kapan?

Ide itu muncul sudah ada sejak 2009. Saya kuliah di ITB, masuk pada 2004, lulus pada 2009. Kami sudah membangun kode untuk Bukalapak itu sejak 2009, baru diluncurkan 2010.

Modalnya apa waktu itu?  Tidak ada modal. Modalnya itu keyakinan, pengetahuan, dan keberanian. Kalau ditanya, saya juga berpikir kenapa dulu yakin. Ya, nekat saja.

Bagaimana perkembangan pelapaknya (UKM)Pada 2010, sama sekali belum ada pelapak. Pada 2011, kami punya 10.000 pelapak. Pada 2012, ada 50.000 pelapak. Saat 2013, itu ada 200.000 pelapak. Lalu, pas 2014 itu ada sekitar 500.000. Pada 2015, ada 1 juta pelapak. Pada 2016, ada 1,5 juta pelapak. Terakhir 2017 ini, ada 2 juta pelapak.

Saya melihat jumlahnya terus meningkat signifikan, bahkan berkali-kali lipat. Apa, sih, yang bisa membuat seperti itu?  Saya juga bingung sebenarnya untuk menjelaskan itu. Tetapi, belakangan saya coba cari tahu. Kalau saya bisa bilang, sih, ada faktor keberuntungan juga, ya. 

Keberuntungannya maksudnya seperti ini. Bukalapak itu memfokuskan perhatian ke UKM. Bukalapak itu bukan perusahaan yang hanya profit oriented. Tetapi, setelah saya pelajari, apa yang membuat itu tumbuh dan teman-teman senang bekerja di sini adalah fokus Bukalapak terhadap UKM. Bukalapak tidak sekadar company. Kami perusahaan yang punya tujuan lebih besar daripada diri kami sendiri. Nah, ketika perusahaan itu memiliki tujuan yang lebih besar daripada diri saya atau semua karyawan, itu ngerasa tidak seperti kerja. Karyawan saya pun ngerasa tidak seperti kerja. Sekarang kami punya 1.000 karyawan. Kami merasa seperti punya misi. Seperti misionaris.

Kami seperti lagi on mission untuk sesuatu yang lebih besar dari diri kami. Itu sangat membahagiakan. Hal itu yang membuat kami semua bekerja keras, UKM juga senang dengan kami. Itu bergulung. Karyawan juga senang. Kalau dilihat platformnya, rating situs kami juga yang terbaik. Itu karena dari hati. Bekerja dengan hati.

Berapa total transaksi?  Wah, kalau total transaksi ada puluhan triliun. Dari awal berdiri, bisa ada sekitar Rp 30 triliun. Tahun 2017 saja sudah ada Rp 10-12 triliun.


NINO CITRA ANUGRAHANTO UNTUK KOMPAS
Para pelapak dari berbagai daerah yang tergabung dalam Komunitas Pelapak Bukalapak, di Wisma Aldiron, Pancoran, Jakarta Selatan, Sabtu (25/11).

Bagaimana cara Anda menjelaskan ’bekerja dengan hati’? Kita, kan, hidup hanya sementara, saya bilang ke teman-teman juga, ya, kita harus berartilah buat orang banyak. Tentu, diri sendiri tetap penting, ya. Kita, kan, harus makan, liburan, anak harus sekolah. Tetapi, kalau kita mikirin itu, kita jadi stressful. Harus seimbang juga. Jadi, kalau kita mikirin sesuatu yang lebih besar dari kita, kita bisa lebih bahagia. Ada inner happiness yang tidak bisa didapat.
Jadi, ketika datang ke keluarga, saya juga mencurahkan perasaan bahagia itu. Kalau, misalnya, di kantor sudah terus-menerus membicarakan angka, nanti sampai rumah isinya pusing dengan urusan kantor. Namun, kalau kita memikirkan sesuatu yang di luar diri kita sendiri (orang lain), kita justru happy dan keluarga serta lingkungan sekitar happy juga.
Kita punya misi yang lebih besar daripada perusahaan ini. Misi itulah yang memberikan semangat bagi saya, semua karyawan, dan pelapak sehingga mereka bisa bekerja dari hati. Sebab, bekerja dari hati itu akan menghasilkan karya yang terbaik.

Itu yang Anda tanamkan kepada karyawan?  Ya, at least, itu dari diri saya sendiri. Misi Bukalapak adalah mengembangkan UKM dan memberikan pengaruh sosial ke lingkungan.

Komunitas Bukalapak itu ada di 200 kota, ya? Iya, ada di 200 kota. Tetapi, kalau jangkauannya itu bisa mencapai 300-400 kota. Sebab, acara-acara kami yang ada di kota-kota lain itu juga diikuti oleh kota-kota kecil di sekitarnya.

Setiap hari hampir ada acara? Iya. Tetapi, di kota-kota yang berbeda, ya. Jadi, semisal hari ini ada di Madura, besoknya di Solo ada acara juga. Besoknya lagi, ada di Jakarta, lalu Garut. Di kota-kota berbeda. Kadang-kadang ada lima acara dalam satu hari di kota-kota yang berbeda.

Acara seperti apa yang dimaksud? Pendidikan. Gini, UKM ini perlu dibuka pikirannya. Sebenarnya opportunity itu banyak, hanya saja kebanyakan UKM itu nrimo saja, kan? Mereka hanya menerima bahwa dagangannya hari ini tidak laku dan mengharapkan besok bisa mendapat rezeki lebih. Nilainya itu seperti, ”ya, sudahlah, segini saja”. Dengan diadakan acara-acara seperti itu, ternyata ada yang lebih menarik daripada yang mereka lakukan sekarang. Tujuannya untuk membangkitkan semangat mereka. Memberikan motivasi dan semangat perjuangan.
Berdasarkan riset kita, orang yang datang dan belajar bersama di acara-acara kita itu penjualannya naik 50 persen. Kenaikannya dibandingkan dengan yang tidak ikut 50 persen lebih besar. Kami fokus kepada pendidikan melalui komunitas. Mereka saling mengajari satu sama lain.

Sebenarnya opportunity itu banyak, hanya saja kebanyakan UKM itu nrimo saja, kan? Mereka hanya menerima bahwa dagangannya hari ini tidak laku dan mengharapkan besok bisa mendapat rezeki lebih. Nilainya itu seperti, ’ya, sudahlah, segini saja’.


NINO CITRA ANUGRAHANTO UNTUK KOMPAS
Salah seorang pengunjung dalam acara Kopdar Akbar 2017 Bukalapak, di Wisma Aldiron, Pancoran, Jakarta Selatan, Sabtu (25/11).

Jadi, itu seperti saling menguatkan di akar untuk nanti bisa maju bersama-sama?  Ya. Semangat bukalapak itu justru semangat untuk maju bersama-sama.

Mengapa semangatnya untuk berkembang bersama?  Balik lagi ke tujuan kami tadi. Kami memang ingin menciptakan dampak yang besar untuk orang lain. Jika kami hanya berkembang sendiri, tetapi pelapak tidak berkembang, itu tidak bagus. Saya juga tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya. Tetapi, dari awal memang konsep kami itu pemberdayaan masyarakat.
Kami ingin mengajak orang ingin maju bersama. Ayo, jualan di Bukalapak. Ayo, sama-sama berkembang. Bukan kita yang megangbarang. Konsep empowerment ini memang kuat dari sejak awal berdiri.
Mungkin, alasan rasionalnya, ya, waktu awal kami belum punya uang, sih. Kami mana bisa beli barang segudang untuk dijual. Kami hanya bisa mengajak orang untuk berjualan.
Tetapi, entah mengapa, dari awal konsepnya itu adalah kami sebagai platform yang mengajak orang-orang untuk berkembang di atas platform kami.

Saya tadi melihat kedekatan Anda dengan para pelapak itu bagaikan keluarga. Tanggapan Anda tentang para pelapak itu seperti apa?
Ya, itu berhubungan dengan nilai-nilai kami, seperti kekeluargaan dan kebersamaan. Kami ingin maju bersama. Tetapi, jangan ditangkap keluarga ini dari sisi negatifnya, ya. Keluarga ini memang ada dua sisi. Contoh, sebagai keluarga, semisal dia jualannya tidak benar, kita bisa ingatkan dia tidak? Kalau kita keluarga yang baik, kita ingatkan dia. Jadi, keluarga yang baik itu keluarga yang peduli ketika satunya menderita. Kalau memang tidak bisa diberi tahu, mungkin dia bukan keluarga kita.
Dan, kami cukup punya kepedulian untuk memberi tahu mereka. Ini misal ada yang penjualannya tidak tertib, ya, kami beritahu. Jadi, pelapak yang ada di Bukalapak ini adalah pelapak yang baik-baik karena mereka terhubung dalam satu nilai kebersamaan, kekeluargaan, dan kepedulian.


NINO CITRA ANUGRAHANTO UNTUK KOMPAS
Pengisi acara dalam Kopdar Akbar 2017 Bukalapak, di Wisma Aldiron, Pancoran, Jakarta Selatan, Sabtu (25/11).

Saya tertarik untuk mengetahui struktur perusahaan di Bukalapak. Bagaimana Anda memandang jabatan-jabatan struktural di Bukalapak? Struktur itu cuma nama, gaji, dan skill. Selebihnya, kami semua di Bukalapak ini sama. Sebisa mungkin kekeluargaan, kebersamaan, dan egaliter. Itu nilai-nilai yang kami anut.
Jadi, kalau ada orang yang hebat, atau perusahaan yang hebat, itu bukan karena ada satu individu yang hebat. Perusahaan itu menjadi hebat karena kolektif. Saya lebih percaya performa kolektif (collective performance). Saya memercayai performa kolektif itu akan menghasilkan performa total yang ”gila”.
Perusahaan itu menjadi hebat karena kolektif. Saya lebih percaya performa kolektif (collective performance). Saya memercayai, performa kolektif itu akan menghasilkan performa total yang ’gila’.

Itu karena kekuatannya tidak hanya bergantung pada satu orang, ya? Ya. Seperti lidi yang diikat. Kuat.

Anda sempat bercerita bahwa awalnya ragu, mungkin bisa diceritakan seperti apa keraguannya saat itu? Ragunya dari kapan itu?
Dari awal ragu. Tetapi, ya, namanya anak muda, kami punya idealisme. Keinginan untuk menciptakan lapangan pekerjaan, tetapi berbenturan dengan kenyataan bahwa kami tidak punya uang.
Di satu sisi yakin, tetapi kok enggak ada duit. Lalu, saya pelajari, ketika fokus memberi pengaruh dan membantu orang lain, saya percaya nanti keamanan keuangan itu mengikuti. Itu balik semua lagi ke diri kita.
Jadi, sebenarnya, saya lebih percaya kalau kerja itu dibalik. Lihat, apakah yang kita lakukan ini berpengaruh atau tidak kepada orang lain? Punya dampak atau tidak bagi orang lain? Bermanfaat atau tidak bagi orang lain? Menurut saya, itu sih yang perlu untuk dipikirkan terlebih dahulu.
Karena, kalau fokusnya untuk mencari uang, seseorang bakal ngejar-ngejar uang. Tetapi, kalau dibalik, fokusnya untuk membantu orang, justru seseorang itu bakal dikejar-kejar uang. 

Terakhir, apa makna Bukalapak dan para pelapak ini bagi Anda? Hidup cuma sementara. Urip mung mampir ngombe istilah Jawanya. Jadi, kita harus memanfaatkan waktu kita yang sebentar ini untuk bisa memberi manfaat sebanyak-banyaknya untuk banyak orang. Nah, menurut saya, fokus Bukalapak yang di UKM ini adalah seperti anugerah.

Bisa enggak, sih, UKM di Indonesia ini sejahtera?  Mereka sudah menjadi bagian dari hidup saya. Mereka adalah misi hidup saya. Bisa enggak, sih, UKM di Indonesia ini sejahtera. Bisa enggak mereka sejahtera?
Dampaknya bisa jauh sekali, kalau mereka bisa sejahtera. Mereka, kan, jumlahnya ada 2 juta atau 5 juta nanti. Jika nanti mereka bisa masuk jadi kelas menengah, itu mereka bisa menyekolahkan anaknya. Mereka hanya pintu dari misi yang besar lagi. Anaknya bisa kuliah, anaknya sejahtera. Kan, yang membuat Indonesia maju itu adalah generasi masa depan 2050 atau 2100. Anaknya pintar-pintar, pendidikannya bagus, gizinya bagus, dan bisnisnya jalan. Ya, fondasinya itu bisnis. Saya pikir, ada kesempatan dari Bukalapak untuk mengubah Indonesia.
Karena, kadang, kan, kita mikirnya yang atas saja, ya? Jarang ada yang mikirin di bawah (UKM). Saya pikir memang harus ada yang memikirkan mereka, menaikkan kesejahteraan mereka. (DD16)




Sumber : Kompas.id, 26 November 2017  mau membaca selengkapnya silahkan di sini :  https://kompas.id/baca/utama/2017/11/25/ahmad-zaky-urip-mung-mampir-ngombe/