November 07, 2017

Pilkada 2018 Sudah Berlalu, Ambil Hikmahnya

Pada saat ini, kans untuk jadi pimpinan setingkat Gubernur, Bupati dan atau Wali Kota terbuka lebar bagi siapa saja. Sejauh mereka bisa memenangkan Pilkada. Orang bisa sebut bahwa Pilkada di negeri kita penuh dengan main uang sogok dan sebagainya. Tetapi fakta memperlihatkan, tanpa dengan uang pun banyak kandidat yang mampu memenangkan pilkada. Banyak dari mereka yang berhasil jadi kepala daerah. Karena itu buatlah persiapanmu dengan baik. Maka kemenangan mu bisa terwujud. Bagi para perencana, persiapan adalah awal dari kesuksesan itu sendiri “gagal mempersiapkan perencanaan dengan baik sama saja dengan merencanakan kegagalan itu sendiri”. Ungkapan ini juga berlaku dalam dunia politik praktis. Alam politik di era demokrasi modern berbeda dengan era sebelumnya. Orang kini sudah sangat realistik, menjadi politisi dan memenangkan Pilkada praktis menjadi sesuatu yang terukur dan terencana. Tapi pakah sesederhana itu? 



Temukan Langkah Cerdas, Sederhana, Efektif Dan Canggih Memenangkan Pilkada

Pada saat ini, kans untuk jadi pimpinan setingkat Gubernur, Bupati dan atau Wali Kota terbuka lebar bagi siapa saja. Sejauh mereka bisa memenangkan Pilkada. Orang bisa sebut bahwa Pilkada di negeri kita penuh dengan main uang sogok dan sebagainya. Tetapi fakta memperlihatkan, tanpa dengan uang pun banyak kandidat yang mampu memenangkan pilkada. Banyak dari mereka yang berhasil jadi kepala daerah. Karena itu buatlah persiapanmu dengan baik. Maka kemenangan mu bisa terwujud. Bagi para perencana, persiapan adalah awal dari kesuksesan itu sendiri “gagal mempersiapkan perencanaan dengan baik sama saja dengan merencanakan kegagalan itu sendiri”. Ungkapan ini juga berlaku dalam dunia politik praktis. Alam politik di era demokrasi modern berbeda dengan era sebelumnya. Orang kini sudah sangat realistik, menjadi politisi dan memenangkan Pilkada praktis menjadi sesuatu yang terukur dan terencana. Tapi pakah sesederhana itu? 

Seorang calonpemimpin tidak bisa lagi bersikap pasif bagai putra mahkota yang menunggu penobatan. Seorang politisi dituntut untuk melakukan aktivitas politik yang terencana dalam sebuah manajemen yang baik. Setiap perencanaan tak berlaku seragam bagi setiap politisi. Seluruh perencanaan tersebut tentu harus disesuaikan dengan kondisi objektif politisi bersangkutan. Demikian juga calon Petahana dia boleh saja mempunyai berbagai kelebihan, tetapi soal mampu tidaknya memenangkan Pilkada  itu bisa jadi soal lain lagi. Memang harus diakui dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada), calon petahana memiliki kepercayaan diri yang luar biasa dibandingkan calon pendatang baru. Kepercayaan diri tersebut ditopang oleh sejumlah kelebihan yang dimiliki, yang umumnya lebih Populer dan didukung Birokrasi.

Masih ingat dengan Pemilukada DKI 2012?  Menurut penulis Pemilukada DKI adalah contoh yang menarik tentang Tumbangnya seorang Petahana secara telak ditengah ke populerannya. Popularis Pasangan Petahana begitu luar biasa. Tetapi begitu kita melihat hasilnya? Kalah telak dan ditinggalan warga begitu saja. Dari sisi konsep visioner Petahana jelas unggul. Karena itu, kunci untuk mengalahkan petahana adalah dengan membeberkan kelemahan kepemimpinannya pada periode mereka menjabatsebelumnya. Karena sudah memerintah satu periode, Fauzi Bowo ternyata punya masalah dengan pasangannya. Masalah dengan Prijanto, dan mudah sekali membeberkan kelemahan kepemim pinan dan kebijakan petahana. Di sisi ini, masalah utama petahana ialah soal kepercayaan publik. Dalam hal kepercayaan dan ditambah lagi persoalan karakter “sinis dan kurang berempati” nya gaya Foke terus di tonjolkan, dan ini jelas jadi bumerang. Meski demikian, benteng pertahanan kubu petahana tampak masih begitu kuat di tengah gerilya serbuan para penantang. Walaupun popularitas petahana cenderung menurun, ia tertolong adanya realitas persaingan antar-penantang dalam meraih yang terbaik. Banyaknya kubu penantang membuat dinamika persaingan lebih seru. Jadi memang pilkada DKI waktu itu semarak dan seru. Hasilnya ternyata Petahana yang demikian kuat dan dominan di segala lini serta didukung dana pencitraan yang tiada habisnya. Ternyata tidak mampu mengalahkan Jokowi-Ahok. Pasangan pendatang baru, dua tokoh anak muda yang sesungguhnya hanya biasa-biasa saja. Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli tinggallah kenangan.
Bagi Indonesia, Pemilu sudah menjadi bagian integral historis daripada pelaksanaan sistem ketatanegaraan. Satu dekade setelah proklamasi 1945, tepatnya tahun 1955 Indonesia sudah melangsungkan Pemilu pertama yang demokratis. Kemudian berlanjut pada Pemilu pada era Orde Baru tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997. Selanjutnya pada masa reformasi telah berlangsung tiga kali Pemilu, yakni  tahun 1999, 2004, dan 2009. Sehingga istilah Pemilu sudah sangat familiar bagi penduduk di republik ini, dan tentu saja, sudah diserap sebagai pengetahuan dasar bagi hak politik rakyat Indonesia.
Pilkada pada dataran ideal dimaksudkan untuk melakukan pergantian kekuasaan di daerah dengan cara yang demokratis, yaitu dengan mengikutsertakan rakyat secara langsung. Sehingga, diharapkan akan terpilih sosok penguasa terbaik, yang alim dan ihlas mengabdi untuk rakyat. Namun pada prakteknya muncul banyak distorsi sehingga Pilkada tidak selamanya memberikan hasil sesuai harapan. Tetapi dalam banyak hal sistem ini dapat dipercaya sebagai cara terbaik untuk memilih dan tetap bisa diandalkan untuk memunculkan pimpinan daerah yang bagus. Soal masih ada dan banyak kelemahan itu bisa terus diperbaiki. Tetapi persoalannya bukan di sana, buku ini mencoba memberikan ada Tips bagaimana anda bisa memenangkan Pilkada dimaksud dengan cara ersih dan berhasil.
Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu dilaksanakan secara efektif dan efisien berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Melalui Pemilu, pemerintahan sebelumnya yang tidak memihak rakyat bisa diganti. Jika pemimpin yang dipilih oleh rakyat pada Pemilu sebelumnya ternyata kebijakannya tidak memihak rakyat maka rakyat bisa bertanggungjawab dengan tidak memilihnya lagi di Pemilu berikutnya.
Inilah kelebihan demokrasi melalui Pemilu langsung. Cara seperti ini berusaha benar-benar mewujudkan pemerintahan yang dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Demokrasi menghendaki, kekuasaan tidak dipegang oleh segelintir orang, tetapi oleh kita semua dengan melakukan pengecekan ulang dan perbaikan-perbaikan secara bertahap. Melalui Pemilu langsung, masyarakat pemilih bisa menilai apakah pemerintahan dan perwakilan pantas dipilih kembali atau justru perlu diganti karena tidak mengemban amanah rakyat. Sebagai salah satu alat demokrasi, Pemilu mengubah konsep kedaulatan rakyat yang abstrak menjadi lebih jelas. Hasil Pemilu adalah orang-orang terpilih yang mewakili rakyat dan bekerja untuk dan atas nama rakyat. Tata cara seleksi mencari pemimpin dengan melibatkan sebanyak mungkin orang telah mengalahkan popuralitas model memilih pemimpin dengan penunjukan langsung atau pemilihan secara terbatas.
Dengan demikian, Pemilu adalah gerbang perubahan untuk mengantar rakyat melahirkan pemimpin yang memiliki kemampuan untuk menyusun kebijakan yang tepat, untuk perbaikan nasib rakyat secara bersama-sama. Karena Pemilu adalah sarana pergantian kepemimpinan, maka kita patut mengawalnya. Keterlibatan aktif masyarakat dalam seluruh tahapan Pemilu sangat dibutuhkan. Masyarakat perlu lebih kritis dan mengetahui secara sadar nasib suara yang akan diberikannya. Suara kita memiliki nilai penting bagi kualitas demokrasi demi perbaikan nasib kita sendiri.
Berkaca pada UU Pilkada Baru, yakni UU No I Tahun 2015 tentang Pemilihan Kepala Daerah terlihat adanya upaya untuk meningkatkan Efisiensi Anggaran Penyelanggaraan Pilkada. Ini tantangan besar bagi partai politik untuk buktikan kemampuan dan keseriusannya dalam menghasilkan calon kepala daerah berkualitas. Sebab bagaimanapun Kualitas kepala daerah sangat ditentukan soliditas, integritas, komitmen dan kapasitas sistem pemilihan kepala daerah dan sub-sistem rekrutmen calon kepala daerah di internal partai politik pengusung dan pendukungnya. UU No. I tahun 2015 tentang pemilihan kepala daerah yang dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan Pilkada kita, itu terlihat dari adanya penajaman fungsi kontrol anggaran penyelenggaraan oleh KPU dan fungsi pengawasan penyelenggaraan oleh Bawaslu.
Menurut survei yang dilakukan oleh Pew Research Center for the People and the Press terhadap sekitar 200 konsultan politik di seluruh dunia pada tahun 1997 – 1998, ditemukan fakta bahwa kualitas dari pesan-pesan kampanye politik  dan strategi pencitraan para calon pemimpin yang maju Pilkada merupakan faktor utama dalam menentukan kemenangan dalam pemilihan, sehingga selain faktor biaya yang mutlak dipersiapkan untuk menggerakkan mesin politik calon kandidat, pencitraan calon pilkada merupakan kunci penentu kemenangan. Ingat pencitraan Calon sangat menentukan. Branding dalam Pilkada adalah suatu keunggulan. Bagi sebagian besar warga pendekatan program kerja yang ditawarkan oleh calon pilkada hanya akan dimengerti oleh publik yang “melek” politik. Tetapi bagi publik yang “buta” politik, mereka akan lebih suka melihat citra para calon pemimpin itu sendiri. Pengertian citra dalam hal ini berkaitan erat dengan suatu penilaian, tanggapan, opini, kepercayaan publik, asosiasi, lembaga dan juga simbol simbol tertentu terhadap personel yang diusung oleh partai.  Dengan demikian, tanggapan dan penilaian publik merupakan unsur penting dalam melakukan penelitian tentang Citra. Citra (image) adalah seperangkat keyakinan, ide dan kesan seseorang terhadap suatu obyek tertentu. Sikap dan tindakan seseorang terhadap obyek tersebut akan ditentukan oleh citra obyek yang menampilkan kondisi yang paling baik.
Jadi dalam garis besarnya memasarkan seorang calon Pilkada tak ubahnya seperti memasarkan sebuah produk atau jasa kepada target pasarnya.  Pada dasarnya, jika diibaratkan pemasaran produk, target pasar untuk pemilukada adalah para pemilih (voters), yang kalau kita cermati secara lebih teliti terbagi dalam empat (4) segmen. Segmen pertama adalah pemilih ideologis (ideologist voters); yang kedua adalah pemilih tradisional (traditional voters); yang ketiga adalah pemilih rasional (rational voters) yang terbagi dalam pemilih intelektual dan non partisan; dan yang keempat adalah pemilih yang masih berubah-ubah (swing voters).  Dari data empiris memperlihatkan persentasenya sebagai berikut : Ideologist dan Traditional Voters menguasai sekitar 40% dari market share, sedangkan Rational Voters dan Swing Voters menguasai sekitar 60% dari market share (Priosoedarsono, 2005). Nah sebagai calon Gubernur, calon bupati atau calon walikota anda dan tim sukses anda harus dapat merebut suara tersebut sebanyak bisa.
Pemilukada tidak ubahnya mempromosikan produk baru, meski kualitasnya baik tapi tanpa didukung oleh promosi yang bagus dia tidak akan dikenal oleh masyarakat. Dia tidak akan dipilih. Produk berkualitas pada ahirnya memang pasti akan selalu unggul, tetapi tanpa dengan pemasaran yang baik ia memerlukan waktu yang lama. Berbeda kalau dipromosikan dengan baik dan tepat waktu maka ia akan jadi produk unggulan yang disenangi warga. Karena itu pemanangan Pilkada saat ini sudah memerlukan suatu organisasi pemenangan Pilkada secara profesional yang bisa memanfaatkan semua sumber daya agar bisa memenangkan Pilkada.
Tugas kandidat bukan lagi menyusun strategi dan taktik karena hal itu telah dipercayakan pada Tim Sukses. Tugas Kandidat bukan lagi mencari dukungan dana dan mengelola dana Kampanye. Karena anda telah mempercayakan tugas ini pada orang terpercaya di dalam Tim anda. Tugas Kandidat bukan lagi untuk menyusun Jadwal Kampanye, karena anda telah mempercayakan tugas ini pada manajer tim sukses. Ketua Tim Sukses/Manajer Kampanye berserta anggota timnya bertanggung jawab untuk menangani seluruh tahapan dan proses pemenangan, pelaksanaan sampai sang Kandidat dilantik jadi Gubernur, jadi Wali Kota atau Bupati.
Tips yang anda temukan di sini adalah bagian yang tidak terpisahkan dari strategi dan taktik dari suatu proses pemenangan Pilkada secara Elegan. Strategi dan Taktik yang ada di sini diambil berdasarkan Strategi Sun Tzu dari Bukunya The Art of War. Strategi yang diambil berdasarkan pada pengenalan kondisi real kekuatan sendiri, kekuatan lawan, kondisi medan (politik) dan Cuaca ( seirama dengan isu-isu yang berkembang). Penulis berterima kasih pada kerjasama Tim, baik sesama mantan anggota Tim Pakar Batas Kemdagri, juga tim ahli PT Indah Unggul Bersama dan semua anggota dari Tim Perbatasan dan Pertahanan yang terhimpun dalam jaringan www.wilayahperbatasan.com dan www.wilayahpertahanan.com  Semoga buku ini dapat memberikan manfaat pada kemajuan berdemokrasi di tanah air tercinta.
Dalam kaitan seperti itulah kita jadi ingat strategi Sun Tzu seorang ahli strategi perang yang lahir lebih dari 2500 tahun silam di tanah tiongkok. Sun Tzu melahirkan karyanya tentang 13 bab strategi perang, didalamnya terdapat strategi-strategi yang sudah terbukti keunggulannya dalam memenangkan peperangan. Lebih dari itu, ajaran Sun Tzu ternyata tidak hanya bisa diterapkan dalam perang saja, namun Strategi Perang Sun Tzu bisa pula diterapkan untuk segi kehidupan lain. Salah satunya dalam memenangkan Pemilukada. Memasarkan atau menawarkan seorang calon pemimpin Baru yang bisa diterima di suatu daerah.
Apa yang diajarkan oleh sang genius militer berkebangsaan Tiongkok itu ternyata banyak sekali menginspirasi para pelaku persaingan di dunia modern khususnya mengenai prinsip untuk memenangkan perang gagasan atau memasarkan sesuatu produk. Ternyata banyak sekali!. Dalam Sun Tzu: Strategi untuk Pemasaran pengarang buku paling laris dari "Sun Tzu: The Art of War untuk manajer", menginterpretasikan strategi perang klasik secara spesifik bagi para profesional pemasaran. Gerald Michaelson misalnya mengemas ulang ide tersebut sebagai "Prinsip Perang Pemasaran". Setiap prinsip diilustrasikan dengan aplikasi strategi dan taktis yang diambil dari kampanye pemasaran paling sukses di dunia (Michaelson, 2004). Aplikasi dari prinsip-prinsip ini adalah seni. Aplikasi memerlukan pertimbangan yang baik berdasarkan pada pemahaman dari prinsip-prinsip ini. Dengan demikian, maka aplikasi pada fungsi perencanaan disebut strategi, sedangkan aplikasi pada pelaksanaan rencana adalah taktik.
Karena terkait pemasaran, maka ada baiknya kita mengkaitkannya dengan Philip Kotler (1995) yang mendefinisikan pemasaran, sebagai "suatu proses sosial dan manajerial individu dan kelompok guna mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka untuk menciptakan, menukarkan dan atau bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain. Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dengan mana seseorang warga negara atau kelompok sosial di masyarakat memperoleh apa yang dibutuhkan dan diharapkan melalui penciptaan dan saling memberi makna atau nilai antara penjual dan pembeli".
Strategi Menawarkan Seorang Pemimpin. Secara umum arti strategi adalah ilmu pengetahuan dan seni, bagaimana mendayagunakan sumber-sumber yang tersedia untuk mencapai tujuan yang direncanakan, dengan memperhitungkan tantangan atau pesaingan yang ada (active opposition). Dalam suatu pertarungan atau persaingan, suksesnya suatu organisasi sering tergantung pada kemampuan organisasi tersebut mengenal lingkungan wilayah atau daerahnya dan menggunakan secara tepat informasi dan sumber daya yang dikumpulkan, mengolah dan menganalisisnya untuk kemudian ditujukan untuk penyusunan perencanaan secara lebih akurat.
Selama ini pengamatan atau pemetaan politik wilayah atau daerah pemilihan yang sering dipergunakan oleh para kandidat Pilkada (Gubernur atau Bupati) adalah atas dasar asumsi. Berasumsi sudah hampir jadi bawaan yang menyertai banyak perjuangan kandidat Pilkada di Indonesia. Kandidat berasumsi masyarakat sudah sekian persen mendukungnya. Kandidat berasumsi masyarakat di wilayah kecamatan A sudah 75 % mendukungnya karena tokoh-tokoh masyarakatnya sudah menyampaikan dukunga mereka secara resmi. Tidak jarang hanya dengan berbekal asumsi semacam itu telah membuat hati kandidat berbunga – bunga dengan hayalan membumbung tinggi dan sering malah jadi alergi dan tertutup terhadap kritik. Oleh karenanya, mereka berbicara dan bertindak tidak lagi berdasarkan data yang valid yang bisa dibuktikan. Padahal sudah jelas bertindak berdasarkan asumsi adalah sebuah awal kekalahan dan bisa berakibat fatal. Berpegang akan asumsi seperti ini akan berefek domino pada kekalahan-kelalahan berikutnya hingga hari H  hari pencoblosan tiba.
Memang harus diakui bahwa pada sebagian masa dahulu, takkala kampanye Pilkada masih bercorak sederhana, maka pembagian Sembako bisa sangat berperan positip dalam perolehan suara seorang kandidat Pilkada. Pada masa itu kalangan dan pengamat percaya sekali bahwa ”aksi tebar sembako” adalah segalanya dalam Pilkada. Tetapi dengan bergulirnya waktu dan berbagai pengalaman di lapangan menunjukkan ada sesuatu yang berubah dari kebiasaan para warga pemilih. Di satu sisi mereka tetap mau menerima sembako ataupun uang yang ditebarkan; tetapi tiba saatnya pemilihan mereka justeru memilih kandidat yang berbeda. Artinya di satu sisi mereka juga melihat para Kandidat Pilkada itu juga hanya mendekati dan mau berbagi sesuatu dengan mereka bila ada maunya. Setelah kandidat memenangkan pilkada tidak jarang malah terkena kasus korupsi. Jadi saat ini boleh dikatakan, pola tebar sembako ataupun kampanye bagi-bagi uang sudah tidak seefektip di saat saat awalnya dahulu. Kini orang sudah sangat paham, dan sepertinya masih suka dengan kandidat pilkada yang melakukan tebar sembako dan sejenisnya tetapi pada saat pemilihan yang dipilih warga justeru lain lagi.
Sebab setiap masyarakat memiliki kecenderungan sikap yang berbeda-beda terhadap suatu program atau aksi yang dilakukan oleh kandidat. Bisa jadi di daerah tertentu, tebar uang dan sembako ini masih sangat besar pengaruhnya, tetapi bisa jadi untuk daerah lainnya justeru sebaliknya, bisa jadi Kandidat tersebut ditinggalkan warga. Demikian juga dengan aksi tebar sembako, kandidat harus berhati-hati dengan aksi ini karena selain belum tentu bisa memengaruhi perilaku pemilih, tindakan semacam ini juga hanya menguras kantong kandidat. Dan tentunya tidak mendidik bagi proses demokrasi di Indonesia.
Kenapa Buku Tips Ini Saya Tulis. Saya ingin menyampaikan kepada publik bahwa demokrasi itu telah lahir dan terus berkembang di negara kita. Sistem demokrasi di Indonesia telah memberikan ruang dan kesempatan bagi setiap warga negara untuk ambil bagian dalam proses politik itu sendiri. Indonesia sebagai salah satu negara yang menganut prinsip demokrasi langsung, maka implikasinya adalah, bahwa siapapun yang dianggap memiliki kemauan dan kemampuan untuk berperan aktif dalam proses perjuangan lewat politik, peluangnya terbuka lebar. Siapapun asal sesuai dengan persyaratannya konstitusi bisa ikut serta dalam pemilihan umum kepala daerah dan pemilihan calon anggota legislatif. Semua itu terbuka asal bisa memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam  undang-undang republik indonesia nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilu dan  UU No. 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik.
Pemilukada hari ini adalah pertempuran dengan cara modern plus cara tradisional yang harus dimenangkan sesuai dengan metode, strategi dan taktik yang sesuai dengan wilayah atau daerah dimana pemilukada dilaksanakan. Pemilukada tidak bisa lagi dimenangkan hanya dengan cara-cara tradisional semata, baik berdasarkan perasaan dan/atau sekadar hasrat pribadi tetapi ia harus dipadukan dengan cara modern. Kemenangan dalam Pemilukada ditentukan oleh masyarakat melalui mekanisme one person one vote, sehingga diperlukan teknik yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan maupun selera masyarakat agar dapat terpilih.
Kini kebutuhan dan selera masyarakat adalah faktor yang paling dominan dalam menentukan kemenangan Pemilukada. Ia  tidak lagi bisa diketahui hanya dengan perkiraan, berita koran, apalagi dengan keinginan pribadi semata. Infomasi tersebut bisa didapatkan dengan sangat rinci melalui survei politik. Survei politik tidak hanya berfungsi sebagai pemetaan kekuatan dan pengumpulan informasi tentang selera publik saja, tetapi juga mempunyai peran yang sangat strategis dan vital sesuai dengan strategi Sun Tzu dalam menentukan apakah seorang kandidat layak maju atau tidak dalam Pemilukada. Karena survei politik itu dapat memperlihatkan kekuatan diri sendiri, kekuatan kandidat Petahana, kekuatan lawan.
Pendek kata, berbekal dari hasil survei, kandidat sudah bisa memutuskan maju dalam Pemilukada dan dapat membuat rencana pemenangan dengan sangat baik, sehingga pemenangan Pemilukada dapat dilakukan dengan pengerahan sumber daya yang efektif dan efisien. Karena itulah, pada kesempatan ini anda memerlukan jasa atau konsultan Pemenangan Pemilukada. Anda memerlukan Tim Kampanye dan Tim Relawan yang dipandu oleh hasil dari survei politik.
Kenapa Harus Melakukan Survei Pra-Pemilukada ? Pemilukada adalah proses demokrasi yang dapat diukur, dikalkulasi, dan diprediksi dalam proses maupun hasilnya. Survei merupakan salah satu pendekatan penting dan lazim dan terbukti berhasil dilakukan di negara maju dan di berbagai provinsi, kota dan kabupaten di Indonesia untuk mengukur, mengkalkulasi, dan memprediksi bagaimana proses dan hasil Pemilukada yang akan berlangsung, terutama menyangkut peluang kandidat. Sudah masanya meraih kemenangan dalam Pemilukada berdasarkan data empirik, ilmiah, terukur, dan teruji.
Kalau selama ini dengan pola tradisional para kandidat hanya mempercayakan strategi pemenangannya lewat asumsi dan pra asumsi yang diolah oleh Think Tanknya atau Tim Suksesnya, maka kini para kandidat mau atau tidak mau dia sebaiknya harus memanfaatkan jasa lembaga Survei dalam menggolkan keberhasilannya. Memang harus diakui, tidak semua konsultan atau Lembaga Survei yang mempunyai kualitas yang baik. Banyak juga diantaranya yang kualitasnya hanya jenis abal-abal. Tetapi kalau anda memanfaatkan jas konsultan atau lembaga survey yang baik maka anda juga akan mendapatkan arahan atau bimbingan lewat strategi dan taktis yang lebih unggul.
Karena untuk mendapatkan gambaran yang utuh dan baik anda perlu melakukan beberapa kali Survei dilakukan. Secara konkritnya survei perlu diadakan minimal 3 (tiga) kali sebelum Hari-H Pemilukada dilakukan. Survei pertama sebaiknya dilakukan secepat mungkin yakni sejak sang kadidat mempunyai keinginan untuk maju Pemilukada. Sebab kandidat yang tahu situasi lebih cepat memiliki kemungkinan menang lebih besar. Survei pertama ini digunakan untuk mengukur modal dasar yang dimiliki kandidat dan mengukur harapan pemilih. Survei pertama dipakai sebagai dasar pencitraan kandidat serta strategi pemasaran dan pemenangan kandidat.
Apa Manfaat Buku Tips Ini Buat Anda. Buku Tips ini mengandung makna agar anda mengetahui esensi melaksanakan dan memenangkan Pemilukada, sejauh mungkin kita sama-sama komit untuk menghasilkan proses pemilukada yang lebih baik dari sebelumnya. Karena itu dalam buku Tips ini anda akan menemukan makna dan dasar dari pemilukada itu sendiri. Dari strategi mana yang coba dikembangkan agar ia bisa memenangkan pemilukada. Jadi dalam buku ini anda akan menemukan strategi dan langkah-langkah serta pengetahuan yang baik terkait bagaimana cara memenangkan Pemilukada di daerah pemilihan anda.
Kemudian langkah berikutnya adalah melaksanakan pengelolaan Pemilukada yang anda kampanyekan secara profesional. Anda tidak lagi harus melaksanakannya semua secara sendiri, tetapi harus membetuk Tim, ya membentuk beberapa Tim lengkap dengan tugasnya masing-masing.  Mari kita mulai dengan Pembentukan Tim Sukses. Tim sukses inilah yang akan mengorganisir segala kebutuhan pemenangan kandidat mulai dari pencalonan, pemenangan, pemilihan hingga pelantikan Kandidat termasuk acara syukurannya. Untuk melihat lebih jelas, buku Tips ini disusun dengan daftar isi sebagai berikut :


Daftar Isi
Kata Pengantar
Sekapur Sirih
Kenapa Buku Tips Ini Saya Tulis
Apa Manfaat Buku Tips Ini Buat Anda.
Daftar Pustaka
Langkah Pertama. Memenangkan Pilkada Siapkan Tim Suksesmu
Langkah Kedua, Tahu Tata  Cara dan Aturan Pilkada
13 Poin Hasil Akhir Revisi UU Pilkada 2015. Yang sekaligus merupakan Kesepakatan antara DPR dan Pemerintah.
Langkah Ketiga. Pilih Kenderaan Politikmu dan Kenali Petahana.
Langkah Keempat. Temukan Visi dan Misimu, Gratiskan Pendidikan dan Kesehatan.
Langkah Kelima.  Kenali Daerah Pilkadamu (Kekuatan Sendiri, Petahana dan Lawan).
Langkah Keenam. Bentuk Tim Suksesmu.
Langkah Ketujuh. Buat Peta Jalan Kemenanganmu.
Langkah Kedelapan. Launching Kampanyemu Dengan Elegan.
Langkah Kesembilan. Jaga dan Optimalkan Momentum Kemenangan.
Langkah Kesepuluh. Jaga dan Amankan Kemenanganmu.