Temukan Langkah
Cerdas, Sederhana, Efektif Dan Canggih Memenangkan Pilkada
Pada saat ini, kans
untuk jadi pimpinan setingkat Gubernur, Bupati dan atau Wali Kota terbuka lebar
bagi siapa saja. Sejauh mereka bisa memenangkan Pilkada. Orang bisa sebut bahwa
Pilkada di negeri kita penuh dengan main uang sogok dan sebagainya. Tetapi
fakta memperlihatkan, tanpa dengan uang pun banyak kandidat yang mampu
memenangkan pilkada. Banyak dari mereka yang berhasil jadi kepala daerah.
Karena itu buatlah persiapanmu dengan baik. Maka kemenangan mu bisa terwujud.
Bagi para perencana, persiapan adalah awal dari kesuksesan itu sendiri “gagal
mempersiapkan perencanaan dengan baik sama saja dengan merencanakan kegagalan
itu sendiri”. Ungkapan ini juga berlaku dalam dunia politik praktis. Alam
politik di era demokrasi modern berbeda dengan era sebelumnya. Orang kini sudah
sangat realistik, menjadi politisi dan memenangkan Pilkada praktis menjadi
sesuatu yang terukur dan terencana. Tapi pakah sesederhana itu?
Seorang calonpemimpin tidak bisa lagi bersikap pasif bagai putra mahkota yang menunggu
penobatan. Seorang politisi dituntut untuk melakukan aktivitas politik yang
terencana dalam sebuah manajemen yang baik. Setiap perencanaan tak berlaku
seragam bagi setiap politisi. Seluruh perencanaan tersebut tentu harus
disesuaikan dengan kondisi objektif politisi bersangkutan. Demikian juga calon
Petahana dia boleh saja mempunyai berbagai kelebihan, tetapi soal mampu
tidaknya memenangkan Pilkada itu bisa
jadi soal lain lagi. Memang harus diakui dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah
(Pemilukada), calon petahana memiliki kepercayaan diri yang luar biasa
dibandingkan calon pendatang baru. Kepercayaan diri tersebut ditopang oleh
sejumlah kelebihan yang dimiliki, yang umumnya lebih Populer dan didukung
Birokrasi.
Masih ingat dengan Pemilukada DKI 2012? Menurut penulis Pemilukada DKI adalah contoh
yang menarik tentang Tumbangnya seorang Petahana secara telak ditengah ke
populerannya. Popularis Pasangan Petahana begitu luar biasa. Tetapi begitu kita
melihat hasilnya? Kalah telak dan ditinggalan warga begitu saja. Dari sisi
konsep visioner Petahana jelas unggul. Karena itu, kunci untuk mengalahkan
petahana adalah dengan membeberkan kelemahan kepemimpinannya pada periode mereka menjabat sebelumnya. Karena sudah
memerintah satu periode, Fauzi Bowo ternyata punya masalah dengan pasangannya. Masalah dengan
Prijanto, dan mudah sekali membeberkan kelemahan kepemim pinan dan kebijakan petahana. Di sisi ini,
masalah utama petahana ialah soal kepercayaan publik. Dalam hal kepercayaan dan
ditambah lagi persoalan karakter “sinis dan kurang berempati” nya gaya Foke
terus di tonjolkan, dan ini jelas jadi bumerang. Meski demikian, benteng
pertahanan kubu petahana tampak masih begitu kuat di tengah gerilya serbuan
para penantang. Walaupun popularitas petahana cenderung menurun, ia tertolong
adanya realitas persaingan antar-penantang dalam meraih yang terbaik. Banyaknya
kubu penantang membuat dinamika persaingan lebih seru. Jadi memang pilkada DKI
waktu itu semarak dan seru. Hasilnya ternyata Petahana yang demikian kuat dan
dominan di segala lini serta didukung dana pencitraan yang tiada habisnya.
Ternyata tidak mampu mengalahkan Jokowi-Ahok. Pasangan pendatang baru, dua
tokoh anak muda yang sesungguhnya hanya biasa-biasa saja. Fauzi Bowo-Nachrowi
Ramli tinggallah kenangan.
Bagi Indonesia, Pemilu sudah menjadi bagian
integral historis daripada pelaksanaan sistem ketatanegaraan. Satu dekade
setelah proklamasi 1945, tepatnya tahun 1955 Indonesia sudah melangsungkan
Pemilu pertama yang demokratis. Kemudian berlanjut pada Pemilu pada era Orde
Baru tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997. Selanjutnya pada masa reformasi
telah berlangsung tiga kali Pemilu, yakni
tahun 1999, 2004, dan 2009. Sehingga istilah Pemilu sudah sangat
familiar bagi penduduk di republik ini, dan tentu saja, sudah diserap sebagai
pengetahuan dasar bagi hak politik rakyat Indonesia.
Pilkada pada dataran ideal dimaksudkan untuk
melakukan pergantian kekuasaan di daerah dengan cara yang demokratis, yaitu
dengan mengikutsertakan rakyat secara langsung. Sehingga, diharapkan akan
terpilih sosok penguasa terbaik, yang alim dan ihlas mengabdi untuk rakyat.
Namun pada prakteknya muncul banyak distorsi sehingga Pilkada tidak selamanya
memberikan hasil sesuai harapan. Tetapi dalam banyak hal sistem ini dapat
dipercaya sebagai cara terbaik untuk memilih dan tetap bisa diandalkan untuk
memunculkan pimpinan daerah yang bagus. Soal masih ada dan banyak kelemahan itu
bisa terus diperbaiki. Tetapi persoalannya bukan di sana, buku ini mencoba
memberikan ada Tips bagaimana anda bisa memenangkan Pilkada dimaksud dengan
cara ersih dan berhasil.
Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan
rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu dilaksanakan
secara efektif dan efisien berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur, dan adil. Melalui Pemilu, pemerintahan sebelumnya yang tidak memihak
rakyat bisa diganti. Jika pemimpin yang dipilih oleh rakyat pada Pemilu
sebelumnya ternyata kebijakannya tidak memihak rakyat maka rakyat bisa
bertanggungjawab dengan tidak memilihnya lagi di Pemilu berikutnya.
Inilah kelebihan demokrasi melalui Pemilu
langsung. Cara seperti ini berusaha benar-benar mewujudkan pemerintahan yang
dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Demokrasi menghendaki, kekuasaan
tidak dipegang oleh segelintir orang, tetapi oleh kita semua dengan melakukan
pengecekan ulang dan perbaikan-perbaikan secara bertahap. Melalui Pemilu
langsung, masyarakat pemilih bisa menilai apakah pemerintahan dan perwakilan
pantas dipilih kembali atau justru perlu diganti karena tidak mengemban amanah
rakyat. Sebagai salah satu alat demokrasi, Pemilu mengubah konsep kedaulatan
rakyat yang abstrak menjadi lebih jelas. Hasil Pemilu adalah orang-orang
terpilih yang mewakili rakyat dan bekerja untuk dan atas nama rakyat. Tata cara
seleksi mencari pemimpin dengan melibatkan sebanyak mungkin orang telah
mengalahkan popuralitas model memilih pemimpin dengan penunjukan langsung atau
pemilihan secara terbatas.
Dengan demikian, Pemilu adalah gerbang
perubahan untuk mengantar rakyat melahirkan pemimpin yang memiliki kemampuan
untuk menyusun kebijakan yang tepat, untuk perbaikan nasib rakyat secara
bersama-sama. Karena Pemilu adalah sarana pergantian kepemimpinan, maka kita
patut mengawalnya. Keterlibatan aktif masyarakat dalam seluruh tahapan Pemilu
sangat dibutuhkan. Masyarakat perlu lebih kritis dan mengetahui secara sadar
nasib suara yang akan diberikannya. Suara
kita memiliki nilai penting bagi kualitas demokrasi demi perbaikan nasib kita
sendiri.
Berkaca pada UU
Pilkada Baru, yakni UU No I Tahun 2015 tentang Pemilihan Kepala Daerah terlihat
adanya upaya untuk meningkatkan Efisiensi Anggaran Penyelanggaraan Pilkada. Ini
tantangan besar bagi partai politik untuk buktikan kemampuan dan keseriusannya
dalam menghasilkan calon kepala daerah berkualitas. Sebab bagaimanapun Kualitas
kepala daerah sangat ditentukan soliditas, integritas, komitmen dan kapasitas
sistem pemilihan kepala daerah dan sub-sistem rekrutmen calon kepala daerah di
internal partai politik pengusung dan pendukungnya. UU No. I tahun 2015 tentang
pemilihan kepala daerah yang dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas
penyelenggaraan Pilkada kita, itu terlihat dari adanya penajaman fungsi kontrol
anggaran penyelenggaraan oleh KPU dan fungsi pengawasan penyelenggaraan oleh
Bawaslu.
Menurut survei
yang dilakukan oleh Pew Research Center for the People and the Press terhadap
sekitar 200 konsultan politik di seluruh dunia pada tahun 1997 – 1998,
ditemukan fakta bahwa kualitas dari pesan-pesan kampanye politik dan strategi pencitraan para calon pemimpin
yang maju Pilkada merupakan faktor utama dalam menentukan kemenangan dalam
pemilihan, sehingga selain faktor biaya yang mutlak dipersiapkan untuk
menggerakkan mesin politik calon kandidat, pencitraan calon pilkada merupakan
kunci penentu kemenangan. Ingat pencitraan Calon sangat menentukan. Branding
dalam Pilkada adalah suatu keunggulan. Bagi sebagian besar warga pendekatan
program kerja yang ditawarkan oleh calon pilkada hanya akan dimengerti oleh publik
yang “melek” politik. Tetapi bagi publik yang “buta” politik, mereka akan lebih
suka melihat citra para calon pemimpin itu sendiri. Pengertian citra dalam hal
ini berkaitan erat dengan suatu penilaian, tanggapan, opini, kepercayaan
publik, asosiasi, lembaga dan juga simbol simbol tertentu terhadap personel
yang diusung oleh partai. Dengan
demikian, tanggapan dan penilaian publik merupakan unsur penting dalam
melakukan penelitian tentang Citra. Citra (image) adalah seperangkat keyakinan,
ide dan kesan seseorang terhadap suatu obyek tertentu. Sikap dan tindakan
seseorang terhadap obyek tersebut akan ditentukan oleh citra obyek yang
menampilkan kondisi yang paling baik.
Jadi dalam garis besarnya memasarkan seorang
calon Pilkada tak ubahnya seperti memasarkan sebuah produk atau jasa kepada
target pasarnya. Pada dasarnya, jika
diibaratkan pemasaran produk, target pasar untuk pemilukada adalah para pemilih
(voters), yang kalau kita cermati secara lebih teliti terbagi dalam empat (4)
segmen. Segmen pertama adalah pemilih ideologis (ideologist voters); yang kedua
adalah pemilih tradisional (traditional voters); yang ketiga adalah pemilih
rasional (rational voters) yang terbagi dalam pemilih intelektual dan non
partisan; dan yang keempat adalah pemilih yang masih berubah-ubah (swing
voters). Dari data empiris
memperlihatkan persentasenya sebagai berikut : Ideologist dan Traditional
Voters menguasai sekitar 40% dari market share, sedangkan Rational Voters dan
Swing Voters menguasai sekitar 60% dari market share (Priosoedarsono, 2005).
Nah sebagai calon Gubernur, calon bupati atau calon walikota anda dan tim
sukses anda harus dapat merebut suara tersebut sebanyak bisa.
Pemilukada tidak ubahnya mempromosikan produk
baru, meski kualitasnya baik tapi tanpa didukung oleh promosi yang bagus dia
tidak akan dikenal oleh masyarakat. Dia tidak akan dipilih. Produk berkualitas
pada ahirnya memang pasti akan selalu unggul, tetapi tanpa dengan pemasaran
yang baik ia memerlukan waktu yang lama. Berbeda kalau dipromosikan dengan baik
dan tepat waktu maka ia akan jadi produk unggulan yang disenangi warga. Karena
itu pemanangan Pilkada saat ini sudah memerlukan suatu organisasi pemenangan
Pilkada secara profesional yang bisa memanfaatkan semua sumber daya agar bisa
memenangkan Pilkada.
Tugas kandidat bukan lagi menyusun strategi
dan taktik karena hal itu telah dipercayakan pada Tim Sukses. Tugas Kandidat
bukan lagi mencari dukungan dana dan mengelola dana Kampanye. Karena anda telah
mempercayakan tugas ini pada orang terpercaya di dalam Tim anda. Tugas Kandidat
bukan lagi untuk menyusun Jadwal Kampanye, karena anda telah mempercayakan
tugas ini pada manajer tim sukses. Ketua Tim Sukses/Manajer Kampanye berserta
anggota timnya bertanggung jawab untuk menangani seluruh tahapan dan proses
pemenangan, pelaksanaan sampai sang Kandidat dilantik jadi Gubernur, jadi Wali
Kota atau Bupati.
Tips yang anda temukan di sini adalah bagian
yang tidak terpisahkan dari strategi dan taktik dari suatu proses pemenangan
Pilkada secara Elegan. Strategi dan Taktik yang ada di sini diambil berdasarkan
Strategi Sun Tzu dari Bukunya The Art of War. Strategi yang diambil berdasarkan
pada pengenalan kondisi real kekuatan sendiri, kekuatan lawan, kondisi medan
(politik) dan Cuaca ( seirama dengan isu-isu yang berkembang). Penulis berterima kasih pada kerjasama Tim,
baik sesama mantan anggota Tim Pakar Batas Kemdagri, juga tim ahli PT Indah
Unggul Bersama dan semua anggota dari Tim Perbatasan dan Pertahanan yang
terhimpun dalam jaringan www.wilayahper batasan.com dan www.wilayahpertahanan.com Semoga buku ini dapat memberikan manfaat pada
kemajuan berdemokrasi di tanah air tercinta.
Dalam kaitan seperti itulah kita jadi ingat
strategi Sun Tzu seorang ahli strategi perang yang lahir lebih dari 2500 tahun
silam di tanah tiongkok. Sun Tzu melahirkan karyanya tentang 13 bab strategi
perang, didalamnya terdapat strategi-strategi yang sudah terbukti keunggulannya
dalam memenangkan peperangan. Lebih dari itu, ajaran Sun Tzu ternyata tidak
hanya bisa diterapkan dalam perang saja, namun Strategi Perang Sun Tzu bisa
pula diterapkan untuk segi kehidupan lain. Salah satunya dalam memenangkan
Pemilukada. Memasarkan atau menawarkan seorang calon pemimpin Baru yang bisa
diterima di suatu daerah.
Apa yang diajarkan oleh sang genius militer
berkebangsaan Tiongkok itu ternyata banyak sekali
menginspirasi para pelaku persaingan di dunia modern khususnya mengenai prinsip
untuk memenangkan perang gagasan atau memasarkan sesuatu produk. Ternyata
banyak sekali!. Dalam Sun Tzu: Strategi untuk Pemasaran pengarang buku paling
laris dari "Sun Tzu: The Art of War untuk manajer",
menginterpretasikan strategi perang klasik secara spesifik bagi para
profesional pemasaran. Gerald Michaelson misalnya mengemas ulang ide tersebut
sebagai "Prinsip Perang Pemasaran". Setiap prinsip diilustrasikan
dengan aplikasi strategi dan taktis yang diambil dari kampanye pemasaran paling
sukses di dunia (Michaelson, 2004). Aplikasi dari prinsip-prinsip ini adalah
seni. Aplikasi memerlukan pertimbangan yang baik berdasarkan pada pemahaman
dari prinsip-prinsip ini. Dengan demikian, maka aplikasi pada fungsi
perencanaan disebut strategi, sedangkan aplikasi pada pelaksanaan rencana
adalah taktik.
Karena terkait pemasaran, maka ada baiknya
kita mengkaitkannya dengan Philip Kotler (1995) yang mendefinisikan pemasaran,
sebagai "suatu proses sosial dan manajerial individu dan kelompok guna
mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka untuk menciptakan, menukarkan dan
atau bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain. Pemasaran adalah proses
sosial dan manajerial dengan mana seseorang warga negara atau kelompok sosial
di masyarakat memperoleh apa yang dibutuhkan dan diharapkan melalui penciptaan
dan saling memberi makna atau nilai antara penjual dan pembeli".
Strategi Menawarkan Seorang Pemimpin. Secara
umum arti strategi adalah ilmu pengetahuan dan seni, bagaimana mendayagunakan
sumber-sumber yang tersedia untuk mencapai tujuan yang direncanakan, dengan
memperhitungkan tantangan atau pesaingan yang ada (active opposition). Dalam
suatu pertarungan atau persaingan, suksesnya suatu organisasi sering tergantung
pada kemampuan organisasi tersebut mengenal lingkungan wilayah atau daerahnya
dan menggunakan secara tepat informasi dan sumber daya yang dikumpulkan,
mengolah dan menganalisisnya untuk kemudian ditujukan untuk penyusunan
perencanaan secara lebih akurat.
Selama ini pengamatan atau pemetaan politik
wilayah atau daerah pemilihan yang sering dipergunakan oleh para kandidat
Pilkada (Gubernur atau Bupati) adalah atas dasar asumsi. Berasumsi sudah hampir
jadi bawaan yang menyertai banyak perjuangan kandidat Pilkada di Indonesia.
Kandidat berasumsi masyarakat sudah sekian persen mendukungnya. Kandidat
berasumsi masyarakat di wilayah kecamatan A sudah 75 % mendukungnya karena
tokoh-tokoh masyarakatnya sudah menyampaikan dukunga mereka secara resmi. Tidak
jarang hanya dengan berbekal asumsi semacam itu telah membuat hati kandidat
berbunga – bunga dengan hayalan membumbung tinggi dan sering malah jadi alergi
dan tertutup terhadap kritik. Oleh karenanya, mereka berbicara dan bertindak
tidak lagi berdasarkan data yang valid yang bisa dibuktikan. Padahal sudah
jelas bertindak berdasarkan asumsi adalah sebuah awal kekalahan dan bisa
berakibat fatal. Berpegang akan asumsi seperti ini akan berefek domino pada
kekalahan-kelalahan berikutnya hingga hari H
hari pencoblosan tiba.
Memang harus diakui bahwa pada sebagian masa
dahulu, takkala kampanye Pilkada masih bercorak sederhana, maka pembagian
Sembako bisa sangat berperan positip dalam perolehan suara seorang kandidat
Pilkada. Pada masa itu kalangan dan pengamat percaya sekali bahwa ”aksi tebar
sembako” adalah segalanya dalam Pilkada. Tetapi dengan bergulirnya waktu dan
berbagai pengalaman di lapangan menunjukkan ada sesuatu yang berubah dari
kebiasaan para warga pemilih. Di satu sisi mereka tetap mau menerima sembako
ataupun uang yang ditebarkan; tetapi tiba saatnya pemilihan mereka justeru
memilih kandidat yang berbeda. Artinya di satu sisi mereka juga melihat para
Kandidat Pilkada itu juga hanya mendekati dan mau berbagi sesuatu dengan mereka
bila ada maunya. Setelah kandidat memenangkan pilkada tidak jarang malah
terkena kasus korupsi. Jadi saat ini boleh dikatakan, pola tebar sembako
ataupun kampanye bagi-bagi uang sudah tidak seefektip di saat saat awalnya
dahulu. Kini orang sudah sangat paham, dan sepertinya masih suka dengan
kandidat pilkada yang melakukan tebar sembako dan sejenisnya tetapi pada saat
pemilihan yang dipilih warga justeru lain lagi.
Sebab setiap masyarakat memiliki kecenderungan
sikap yang berbeda-beda terhadap suatu program atau aksi yang dilakukan oleh
kandidat. Bisa jadi di daerah tertentu, tebar uang dan sembako ini masih sangat
besar pengaruhnya, tetapi bisa jadi untuk daerah lainnya justeru sebaliknya,
bisa jadi Kandidat tersebut ditinggalkan warga. Demikian juga dengan aksi tebar
sembako, kandidat harus berhati-hati dengan aksi ini karena selain belum tentu
bisa memengaruhi perilaku pemilih, tindakan semacam ini juga hanya menguras
kantong kandidat. Dan tentunya tidak mendidik bagi proses demokrasi di
Indonesia.
Kenapa
Buku Tips Ini Saya Tulis. Saya ingin menyampaikan kepada publik
bahwa demokrasi itu telah lahir dan terus berkembang di negara kita. Sistem
demokrasi di Indonesia telah memberikan ruang dan kesempatan bagi setiap warga
negara untuk ambil bagian dalam proses politik itu sendiri. Indonesia sebagai
salah satu negara yang menganut prinsip demokrasi langsung, maka implikasinya
adalah, bahwa siapapun yang dianggap memiliki kemauan dan kemampuan untuk
berperan aktif dalam proses perjuangan lewat politik, peluangnya terbuka lebar.
Siapapun asal sesuai dengan persyaratannya konstitusi bisa ikut serta dalam
pemilihan umum kepala daerah dan pemilihan calon anggota legislatif. Semua itu terbuka
asal bisa memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam undang-undang republik indonesia nomor 8
tahun 2012 tentang Pemilu dan UU No. 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik.
Pemilukada hari ini adalah pertempuran dengan
cara modern plus cara tradisional yang harus dimenangkan sesuai dengan metode,
strategi dan taktik yang sesuai dengan wilayah atau daerah dimana pemilukada
dilaksanakan. Pemilukada tidak bisa lagi dimenangkan hanya dengan cara-cara
tradisional semata, baik berdasarkan perasaan dan/atau sekadar hasrat pribadi
tetapi ia harus dipadukan dengan cara modern. Kemenangan dalam Pemilukada
ditentukan oleh masyarakat melalui mekanisme one person one vote, sehingga
diperlukan teknik yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan maupun selera
masyarakat agar dapat terpilih.
Kini kebutuhan dan selera masyarakat adalah
faktor yang paling dominan dalam menentukan kemenangan Pemilukada. Ia tidak lagi bisa diketahui hanya dengan
perkiraan, berita koran, apalagi dengan keinginan pribadi semata. Infomasi tersebut bisa didapatkan dengan
sangat rinci melalui survei politik. Survei politik tidak hanya berfungsi
sebagai pemetaan kekuatan dan pengumpulan informasi tentang selera publik saja,
tetapi juga mempunyai peran yang sangat strategis dan vital sesuai dengan strategi
Sun Tzu dalam menentukan apakah seorang kandidat layak maju atau tidak dalam
Pemilukada. Karena survei politik itu dapat memperlihatkan kekuatan diri
sendiri, kekuatan kandidat Petahana, kekuatan lawan.
Pendek kata,
berbekal dari hasil survei, kandidat sudah bisa memutuskan maju dalam
Pemilukada dan dapat membuat rencana pemenangan dengan sangat baik, sehingga
pemenangan Pemilukada dapat dilakukan dengan pengerahan sumber daya yang
efektif dan efisien. Karena itulah, pada kesempatan ini anda memerlukan jasa
atau konsultan Pemenangan Pemilukada. Anda memerlukan Tim Kampanye
dan Tim Relawan yang dipandu oleh hasil dari survei politik.
Kenapa Harus Melakukan Survei Pra-Pemilukada ?
Pemilukada adalah proses demokrasi yang dapat diukur, dikalkulasi, dan diprediksi
dalam proses maupun hasilnya. Survei merupakan salah satu pendekatan penting
dan lazim dan terbukti berhasil dilakukan di negara maju dan di berbagai
provinsi, kota dan kabupaten di Indonesia untuk mengukur, mengkalkulasi, dan
memprediksi bagaimana proses dan hasil Pemilukada yang akan berlangsung,
terutama menyangkut peluang kandidat. Sudah masanya meraih kemenangan dalam
Pemilukada berdasarkan data empirik, ilmiah, terukur, dan teruji.
Kalau selama ini dengan pola tradisional para
kandidat hanya mempercayakan strategi pemenangannya lewat asumsi dan pra asumsi
yang diolah oleh Think Tanknya atau Tim Suksesnya, maka kini para kandidat mau
atau tidak mau dia sebaiknya harus memanfaatkan jasa lembaga Survei dalam
menggolkan keberhasilannya. Memang harus diakui, tidak semua konsultan atau
Lembaga Survei yang mempunyai kualitas yang baik. Banyak juga diantaranya yang
kualitasnya hanya jenis abal-abal. Tetapi kalau anda memanfaatkan jas konsultan
atau lembaga survey yang baik maka anda juga akan mendapatkan arahan atau
bimbingan lewat strategi dan taktis yang lebih unggul.
Karena untuk mendapatkan gambaran yang utuh
dan baik anda perlu melakukan beberapa kali Survei dilakukan. Secara konkritnya
survei perlu diadakan minimal 3 (tiga) kali sebelum Hari-H Pemilukada
dilakukan. Survei pertama sebaiknya dilakukan secepat mungkin yakni sejak sang
kadidat mempunyai keinginan untuk maju Pemilukada. Sebab kandidat yang tahu
situasi lebih cepat memiliki kemungkinan menang lebih besar. Survei pertama ini
digunakan untuk mengukur modal dasar yang dimiliki kandidat dan mengukur
harapan pemilih. Survei pertama dipakai sebagai dasar pencitraan kandidat serta
strategi pemasaran dan pemenangan kandidat.
Apa
Manfaat Buku Tips Ini Buat Anda. Buku Tips ini mengandung
makna agar anda mengetahui esensi melaksanakan dan memenangkan Pemilukada,
sejauh mungkin kita sama-sama komit untuk menghasilkan proses pemilukada yang
lebih baik dari sebelumnya. Karena
itu dalam buku Tips ini anda akan menemukan makna dan dasar dari pemilukada itu
sendiri. Dari strategi mana yang coba dikembangkan agar ia bisa memenangkan
pemilukada. Jadi dalam buku ini anda akan menemukan strategi dan
langkah-langkah serta pengetahuan yang baik terkait bagaimana cara memenangkan
Pemilukada di daerah pemilihan anda.
Kemudian langkah
berikutnya adalah melaksanakan pengelolaan Pemilukada yang anda kampanyekan
secara profesional. Anda tidak lagi harus melaksanakannya semua secara sendiri,
tetapi harus membetuk Tim, ya membentuk beberapa Tim lengkap dengan tugasnya
masing-masing. Mari kita mulai dengan
Pembentukan Tim Sukses. Tim sukses inilah yang akan mengorganisir segala
kebutuhan pemenangan kandidat mulai dari pencalonan, pemenangan, pemilihan
hingga pelantikan Kandidat termasuk acara syukurannya. Untuk melihat lebih jelas, buku Tips ini disusun dengan
daftar isi sebagai berikut :
Daftar Isi
Kata Pengantar
Sekapur Sirih
Kenapa Buku Tips Ini Saya Tulis
Apa Manfaat Buku Tips Ini Buat Anda.
Daftar Pustaka
Langkah Pertama. Memenangkan Pilkada Siapkan Tim Suksesmu
Langkah Kedua, Tahu Tata Cara dan
Aturan Pilkada
13 Poin Hasil Akhir Revisi UU Pilkada 2015. Yang sekaligus merupakan
Kesepakatan antara DPR dan Pemerintah.
Langkah Ketiga. Pilih Kenderaan Politikmu dan Kenali Petahana.
Langkah Keempat. Temukan Visi dan Misimu, Gratiskan Pendidikan dan
Kesehatan.
Langkah Kelima. Kenali Daerah
Pilkadamu (Kekuatan Sendiri, Petahana dan Lawan).
Langkah Keenam. Bentuk Tim Suksesmu.
Langkah Ketujuh. Buat Peta Jalan Kemenanganmu.
Langkah Kedelapan. Launching Kampanyemu Dengan Elegan.
Langkah Kesembilan. Jaga dan Optimalkan Momentum Kemenangan.
|