July 27, 2020

Kopi Mandheling, Kopi Lungun Naso Rasasa




Sedapnya Kopi kalau lagi Panas
Sebagai penulis saya akrab dengan Kopi, saya bisa menikmati Kopi yang seperti apa saja. Hemat saya hal seperti itu muncul karena memang saya membutuhkannya bukan untuk menikmatinya tetapi sebagai partner dalam berkarya. Jadi kalau lagi seret, ya Kopinya juga kopi yang ada saja. Pada tahun tahun 70 an dahulu, Kopi itu malah ada yang dicampur dengan jagung, ya bagi saya Kopi seperti itu saja saya sudah sangat bersukur. Meski behitu saya tahu seperti apa rasanya Kopi yang enak. Kopi gurih dan baunya yang harum, harum dengan aroma yang khas.Khas Mandheling, khas Toraja, khas Gayo dll.dll.Anakku punya Kedai Kopi di Bandung, namanya Hailee Coffee, aku suka racikan Barista khas mereka. Jadi bagi saya Kopi adalah sangat sesuatu dalam berkarya.



Kopi Mandheling, Kopi Lungun Naso Rasasa


Tetapi terkait Kopi Mandheling saya punya ikatan yang sangat khas. Kenapa saya sebut begitu? Karena memang keluarga dan nenek moyang saya berasal dari Mandailing, khususnya dari Tolang. Ibuku sendiri adalah gadis dari Muarasiambak, Kotanopan. Orangtuaku pindah mencari kehidupan baru ke wilayah Batang Angkola, desa Aekgarugur.  Dahulu semua itu masih dalam wilayah Kabupaten Batang Angkola. Sekarang  menjadi wilayah Kecamatan Sayurmatinggi, Kota Padangsidempuan, sementara Tolang,  Husor Tolang dan Muarasiambak jadi bagian dari Kabupaten Madina. Terkait Kopi ini, aku masih ingat pengalaman yang menyenangkan ketika masih sekolah di SMP di Kotanopan, diundang liburan ke Tolang dan Husortolang.



Kala itu, aku merasakan betapa semua sanak yang ada begitu senang aku berada diantara mereka,aku juga merasakan hal yang sama. Seperti kegiatan wisata saja, selama saya di sana ada tiga sanak sebayaku, dapat tugas untuk selalu menemaniku siang dan malam. Apa saja kami selalu bersama, mulai dari tidur (tidurnya juga hanya gelar tikar), mandi, makan dan bermain. Sanakku yang tertua juga dibekali uang. Jadi kalau makan agak terlambat kami bisa jajan, meski itu terbatas hanya ke Lopo dan warung. Nah yang asik itu kalau kami ke Kebun Kopi sanakku itu. Jalannya ke sana memang perlu satu jam lebih. Padahal kalau saya bayangkan dengan kaca mata saya saat ini. Kalau Pemda buat Jembatan Rambin dan sarana jalan, paling lama 15 menit atau kalau pakai sepeda motor cukup lima menit.
Kebunnya itu sendiri sungguh nyaman, di sana ada Sopo lengkap dengan sarana masak[1]nya, ada kolam serta ikannya. Entah karena kebetulan atau tidak tetapi ternyata kami sama-sama punya ketrampilan masak yang baik. Saya sendiri memang sejak kelas empat SD sudah bisa masak sendiri. Kalau lagi musim sawah, kedua orangtuaku tinggal di sawah di saba Poldung (jarak 5 km dari kampung) dan aku sendirilah yang tinggal di rumah, dan saya sendirilah yang melakukan semuanya ya masak,ya sekolah. Saya punya satu adek perempuan kecil yang ikut orangtua di sawah.

Yang asik itu adalah pada prosesing masaknya, mulai dari tangkap ikan, persiapan bumbu dan panggang ikan serta menyedu Kopi. Sungguh sesuatu yang sangat beda, asik dan kompak serta makanan dan Kopi yang nikmat. Habis makan lalu leyeh-leyeh berbaringan sambil cerita sana-sini dan tertidur. Rasanya itu seperti hidup entah dimana, tetapi dalam suasana perkebunan Kopi yang menyenangkan. Ada lagi Kebun Kopi tulangku yang persis di pinggir Sungai anak batang gadis.Kami malah menangkap ikannya ke sungai, lebih menantang, kami dapat ikan tali-tali, akan tingkalang, ikan baung dan ikan gabus. Kenangan itu bisa terus hidup selama lebih dari 40 tahun. Tapi sayangnya, hanya sekali itulah aku ke Kampungku itu.Selesai dari SMP masuk ke SMA masih di Kotanopan. Tetapi saat naik ke kelas dua, saya dapat jurusan IPA dan harus dipindah ke SMA II PadangSidimpuan. 
Aku sebenarnya mau saja pindah ke bagian Sosial agar bisa tetap sekolah di Kotanopan. Tetapi kepala Sekolah tidak boleh kebetulan kami yang ke IPA hanya empat orang. Semua prosesnya beliaulah yang mengurusnya. Aku jadi pindah ke Padangsidimpuan, tinggallah Kotanopan dan tinggallah Kampung Tolang. Sekolah kemudian membuatku lupa semuanya, aku dikirim sekolah kemana-mana. Meski SMA nya dari Sidimpuan, tapi aku bisa masuk UGM Yogyakarta. Selesai dari UGM, lalu ke Amerika, kemudian ke Australia, Belanda dan Inggeris. Kemudian jadi tentara, yang menugaskanku terus bergerak kemana-mana. Kampung dan handai tolan seolah terlupakan, yang ada hanya penugasan dan penugasan. Hal hal emosional seperti itulah yang membuat saya berketetapan niat untuk menuliskan sesuatu tentang Kopi Mandheling. Kopi Mandheling yang mengingatkan aku betapa bahagianya bersama handai tolan di tanah mandailing.


Kembali ke Kopi Mandheling, lalu aku ingat Bupati Madina, Dahlan Hasan Nasution[2] yang ditampilkan sebagai salah satu pembicara di Seminar “Strategi Kebijakan dan Program Pengembangan Kopi Indonesia Untuk Merespon Kebutuhan Agro Industri Kopi  Global” di Jakarta. Seminar ini diinisiasi oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN) di Hotel Borobudur, Rabu (8/8/2018).
Pada kesempatan tersebut, bupati memaparkan dan sekaligus memperlihatkan potensi Kopi Mandailing yang sangat digandrungi pasar ekspor dengan nama Mandheling Coffee. Hanya saja, petani kopi di Mandailing Natal masih mengalami banyak kendala dalam mengem bangkan usahanya yang membu tuhkan duku ngan pemerintah dan dunia usaha. Khususnya dalam hal infrastruktur sarana jalan ke lokasi kebun Kopi Rakyat di saentero wilayah Madina.
Madina patut bersukur bawa saat ini Kopi Mandailing sudah mendapatkan Hak Paten Indikasi Geografis Kopi Arabika Mandheling. Era baru dalam hal perkopian di Indonesia. Hak Patent ini akan di kolaborasikan dengan para penggiat Kopi Mandheling yang selama ini telah berjuang untuk kebaikan Kopi Mandailing. Ke depan kita ingin melihat kerja sama mereka bisa  berkolaborasi agar semua pihak bisa berperan serta dalam mengangkat nama baik Kopi Mandheling serta merasa bahagia di dalam kerja samanya. Di lain pihak kita berharap  Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis Kopi Mandailing (MPIG) sebagai pemilik Hak patent kita harapkan akan ikut terjun langsung ke lapangan untuk bersama-sama stake holder lainnya mening katkan kualitas Kopi Mandheling di semua lini. Baik itu di hulu maupun di hilir.
Saya juga senang melihat berbagai perkembangan per kopian di Madina.  Saya melihat selama ini Madina terus berupaya untuk berbuat sesuatu bagi para penggiat Kopi, meski terbatas, sarana jalan terus dibangun misalnya dari desa Pagur ke Desa Padang Lawas. Ke depan kita akan usahakan terus meningkatkan infrastruktur perkopian ini. Madina juga sudah mempunyai partner dengan PT Kopi Rakyat Indonesia untuk bekerja sama mengembangkan lahan Kopi bersama rakyat. Kerja sama bisa dikembangkan sesuai kesepakatan untuk kebaikan bersama. Juga sudah ada Rumah produksi Kopi dari Bank Indonesia. Sudah didirikan Sekolah Kopi. Semua ini akan menjadi teman para petani Kopi, baik dari sisi hulu maupun hilir atau mulai dari budidaya hingga paska panen agar sesuai dengan standar kualitas pasar internasional. Serta bagaimana pula melakukan negosiasi dengan produsen-produsen yang selama ini memakai nama Mandheling. Mereka yang selama ini mengharumkan nama Kopi Mandheling, semua itu semoga akan membuat para penggiat Kopi Mandheling jadi lebih solid dan lebih bekerja sama untuk kemakmuran bersama.

Mau Baja Tentang Kopi Mandheling Lagi? Lihat DiSini

Kita kembali pada Seminar “Strategi Kebijakan dan Program Pengembangan Kopi Indonesia Untuk Merespon Kebutuhan Agro Industri Kopi Global” Dalam kesempatan yang sama Menteri Perekonomian RI, Darmin Nasution menyatakan bahwa perkembangan konsumsi kopi nasional mengalami kenaikan yang cukup pesat dalam 5 tahun terakhir. Yaitu 8,8% per tahun, tetapi sayangnya tidak diimbangi dengan pertumbuhan produksi yang cenderung stagnan bahkan negatif, rata-rata - 0,3% per tahun. Darmin Nasution menegaskan jangan sampai Indonesia nantinya akan mengimpor kopi untuk kebutuhan konsumsi. “Apabila kita tidak mengantisipasi dan mengatasi masalah ini, tidak menutup kemungkinan 2-3 tahun ini, Indonesia dapat menjadi importir kopi. Dengan begitu, diperlukan sebuah langkah strategis dan prospektif perkopian nasional,” ujarnya kala itu.
Darmin juga menegaskan bahwa hal yang perlu menjadi fokus pembahasan adalah kecilnya luasan kebun kopi yang digarap oleh petani. Saat ini, kebun kopi yang dikelola setiap keluarga petani masih relatif kecil, yakni mencapai 0,71 hektare per keluarga untuk jenis robusta dan 0,6 hektare per keluarga untuk jenis arabika. Padahal, luasan kebun yang ideal untuk setiap keluarga petani adalah 2,7 hektare setiap keluarga. Persoalan lainnya adalah produktivitas kopi petani cenderung lebih rendah dari potensi, yakni 0,53 ton per hektare dari total potensi 2 ton per hektare untuk kopi robusta dan 0,55 ton per hektare dari total potensi 1,5 ton untuk kopi arabika. Kombinasi dua permasalahan ini akhirnya berimplikasi pada kemampuan finansial petani untuk modal memperluas kebun, melakukan intensifikasi dan peremajaan menjadi sangat terbatas.
“Pesan yang ingin saya sampaikan adalah pemerintah perlu hadir dalam menyelesaikan persoalan di atas, seperti manajemen bibit kopi untuk para petani dan lain-lain, didukung dengan melibatkan riset perkebunan yang kuat,” jelas dia.
Berdasarkan data coffee market report International Coffee Organization (ICO) per Juni 2018, komoditas kopi global mengalami defisit dalam beberapa tahun terakhir, sebesar 1,36 juta karung pada 2017. Dengan begitu, keberadaan Indonesia sebagai negara produsen utama kopi dunia yang memiliki varian jenis kopi yang beragam, dapat memerankan posisi strategis di level nasional maupun global. Saat ini, Indonesia setidaknya memiliki 21 jenis kopi yang dikategorikan sebagai coffee speciality yang mendapatkan sertifikasi Indikasi Geografi (IG) dari Kemenkumham RI sebagai produk berkualitas dan spesifik. Kini saatnya para penggiat Kopi lebih mengoptimalkan lagi usahanya untuk kebaikan kualitas Kopi itu sendiri, termasuk para penggiat Kopi Mandheling.



[1] Jangan dibayangkan seperti kompor gas dan sejenisnya, yang ada ya ada tunggku atau dalihan natolu, ada cerek untuk masak air, ada periuk untuk masak nasi, ada gelas dll
[2] http://www.mandailingonline.com/bupati-madina-jadi-pembicara-di-seminar-kopi-di-jakarta/