Kompetisi
Pasar Ponsel Kian Ketat, Meizu
Technology Mulai Masuk
Pelambatan
pertumbuhan ekonomi memberi peluang masuknya impor telepon seluler pintar
dengan harga lebih murah. Produsen telepon seluler pintar juga menawarkan
spesifikasi teknologi ataupun desain yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Untuk
itu, produsen tersebut memerlukan strategi pemasaran yang jitu. Importir telepon seluler (ponsel) mengakui
pelambatan ekonomi Indonesia berdampak pada volume impor. Chief Executive
Officer PT Bintang Cemerlang Lulu Fransiska, Kamis (6/8), di Jakarta,
menyampaikan, penurunan volume terjadi pada produk ponsel pintar nonprodusen
Tiongkok. Presentase penurunan sekitar 20 persen.
Melemahnya
nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menyebabkan konsumsi masyarakat terhadap
produk ponsel pintar medium hingga premium berkurang. Namun, pengguna sekarang
cerdik menyiasati kebutuhan seluler."Kami menjadi importir lima merek
ponsel asal Tiongkok, antara lain OnePlus, BenQ, dan Infinite. Dengan penawaran
harga yang terjangkau, produk-produk merek itu disukai konsumen," ujar
Lulu.
Pada
saat yang sama, Meizu Technology, produsen ponsel pintar asal Tiongkok, resmi
mengumumkan kerja sama eksklusif dengan Lazada Indonesia. Kerja sama ini berisi
metode penjualan ponsel, seperti M2 Note. Konsep penjualan hanya dilakukan melalui
Lazada Indonesia dan pemesanan dimulai sejak Jumat.Lulu mengatakan, PT Bintang
Cemerlang turut menjadi pengimpor M2 Note. Target distribusi adalah 50.000 unit
per bulan. Ponsel ini dijual dengan kisaran harga Rp 2 juta."Kami rasa ini tidak ambisius. Sebagai importir,
kami menilai penyebaran pasar Meizu cukup baik di internasional, seperti
Ukraina, Hongkong, Spanyol, Turki, dan Malaysia. Mereka bahkan mempunyai
jaringan penjualan secara elektronik dengan Alibaba dan Jingdong Mall atau
JD.com di Tiongkok," kata Lulu.
Director
of Business Cooperation Meizu Technology Ross Wang mengklaim, penerimaan ponsel
Meizu di Tiongkok menduduki peringkat ketiga setelah Samsung dan Oppo. "Perusahaan kami berdiri pada 2003 dan mulai
fokus memproduksi ponsel pintar tahun 2008. Kami mengutamakan desain mudah,
ringan, inovatif, dan sesuai pasar anak muda," katanya.Chief Marketing
Officer Lazada Indonesia Sebastian Sieber mengungkapkan, bentuk kerja sama
seperti dengan Meizu bukan pertama kali dilakukan Lazada Indonesia. Lazada
juga bekerja sama dengan produsen merek ponsel lain, seperti Xiaomi.
Produsen
dalam negeri, Advan, merilis sabak elektronik melalui kerja sama dengan
produsen prosesor global, Intel. Kolaborasi itu dimaksudkan untuk menghadirkan
produk terjangkau, yakni Rp 1,1 juta. Advan berupaya menghadirkan performa yang
bersaing dengan merek lain.
Merebut Hati Anak-anak. Menurut Direktur Pemasaran Advan Tjandra
Lianto, produk dengan harga yang terjangkau itu ditujukan bagi anak-anak dan
remaja agar terbiasa mengoperasikan komputer. "Kami berharap Advan mampu
menyasar konsumen di berbagai tempat," katanya. Country Manager Intel Indonesia Harry K Nugraha
menyebutkan kerja sama dengan Advan adalah langkah strategis. Merek itu
menguasai 70 persen pangsa pasar sabak elektronik di dalam negeri. Langkah serupa juga dilakukan PT Internux,
penyelenggara layanan internet kecepatan tinggi Bolt. Juli lalu, perusahaan
tersebut merilis ponsel pintar dengan harga Rp 1 juta. (MED/ELD,
Kompas 7 Agustus 2015)
No comments:
Post a Comment