March 22, 2020

Pengalaman Penulis Kejar Honor, Nikmati Saja




Pada saat ini sebenarnya peluang untuk bisa mendapatkan penghasilan dan kepuasan lewat menulis jumlahnya semakin banyak. Disamping sebagai penulis dengan cara konvensional, sekarang menulis untuk kepentingan media online juga tidak kalah serunya. Maksud saya tidak kalah jumlahnya. Anda bisa jadi penulis artikel online, penulis media online.Ragam tulisannya juga tidak kalah banyaknya puluhan atau bahkan ratusan segmen kehidupan membutuhkan jasa kepenulisan. Anda bisa jadi penulis artikel untuk online dengan harga mulai dari 5000 rupiah per seratus kata. Anda juga bisa memanfaatkan software “spinner” untuk menduplikasi artikel anda tetapi tetap bisa lolos sensor “plagiat”. Anda cukup menuliskan sebuah tulisan asli dengan sentuhan ke ahlian anda. Setelah itu duplikasi artikel anda hingga puluhan artikel setara. Artinya kalau tulisan anda itu dengan jumlah kata 1000 kata atau setara rp 50000, setelah anda “spinned nilainya menjadi 1juta hingga dua juta rupiah. Dan itu tidak menyalahi kode etik jurnalistik(?)




Penulis Kejar Honor,Penting Tulis Saja Dulu


Mengirimkan artikel ke suatu harian atau Koran atau kolom opini di media massa, mungkin menjadi dambaan bagi para penulis. Entah menulis untuk koran berskala nasional atau pun lokal, yang jelas ada prestise tersendiri bagi penulisnya serta kepuasan berbagi perspektif pada masyarakat. Namun demikian, kita harus punya perhitungan sebab kita akan bersaing dengan banyak penulis profesional. Keraskah persaingan itu? Jawabnya tentu relative. Kalau tulisan anda memang bagus dan berkualitas serta pada waktu yang tepat, maka kemungkinan artikel anda untuk dimuat besar sekali. Tetapi apakah itu suatu jaminan? Tentu tidak, sebab pada ahirnya yang berhak menentukan dimuat tidaknya tulisan anda tersebut tergantung Redaksi dan Pimpinan Redaksinya.

Pada saat ini sebenarnya peluang untuk bisa mendapatkan penghasilan dan kepuasan lewat menulis jumlahnya semakin banyak. Disamping sebagai penulis dengan cara konvensional, sekarang menulis untuk kepentingan media online juga tidak kalah serunya. Maksud saya tidak kalah jumlahnya. Anda bisa jadi penulis artikel online, penulis media online.Ragam tulisannya juga tidak kalah banyaknya puluhan atau bahkan ratusan segmen kehidupan membutuhkan jasa kepenulisan. Anda bisa jadi penulis artikel untuk online dengan harga mulai dari 5000 rupiah per seratus kata. Anda juga bisa memanfaatkan software “spinner” untuk menduplikasi artikel anda tetapi tetap bisa lolos sensor “plagiat”. Anda cukup menuliskan sebuah tulisan asli dengan sentuhan ke ahlian anda. Setelah itu duplikasi artikel anda hingga puluhan artikel setara. Artinya kalau tulisan anda itu dengan jumlah kata 1000 kata atau setara rp 50000, setelah anda “spinned nilainya menjadi 1juta hingga dua juta rupiah. Dan itu tidak menyalahi kode etik jurnalistik(?)

Kita kembali ke Buku 7 Cara Menulis Artikel Yang Disukai Koran memperlihatkan bahwa dalam upaya menulis di media arus utama ini, kita perlu banyak belajar dari penulis lain tentang keberhasilan mereka menembus media massa. Yakni dengan membaca artikel-artikel mereka serta memperhatikan waktu artikel tersebut dimuat. Salah satu rubrik paling polpuler adalah opini, dimana banyak penulis profesional begitu antusias menulis di sini. Karena itu, saya ingin mengatakannya di sini, bahwa mencoba kemampuan menulis anda bisa diukur dari sisi ini. Meski demikian bukan berarti sebuah tulisan yang tidak bisa dimuat di suatu kolom opini Surat Kabar berarti tulisan tersebut jelek. Dalam hal ini ada terpaut soal selera. Tetapi sebagai calon penulis professional hal seperti ini bisa jadi pertanda. Mampukah anda membuat tulisan dan dimuat di Koran tersebut. Mulailah berjenjang, urutkan dari Koran kecil di kota anda, kemudian ke kota tetangga dan seterusnya hingga Koran terbaik di negeri ini. Menurut saya ide seperti itu akan mampu menumbuhkan adrenalin kepenulisan anda, dan itu sesuatu yang menarik. Hal itulah yang diuraikan dalam buku ini.

Kalau tulisan anda sudah bisa dimuat oleh sebuah Koran, itu berarti Tulisan anda sudah sesuai dengan standar kepenulisan yang ada dalam Koran tersebut. Sebaliknya, kalau tulisan anda belum berhasil untuk dimuat oleh sebuah surat kabar yang anda inginkan, maka itu berarti tulisan anda memang belum dapat memenuhi standar Koran yang bersangkutan.Para pembaca yang budiman, banyak juga penulis yang sudah keburu angkat tangan sebelum dia mengirimkan tulisannya ke sebuah Koran. Apalagi sudah sering mendengar bahwa bila tulisan kita bisa dimuat oleh Koran tertentu, hal itu sebagai simbol kepiawaian penulis yang bersangkutan. Bahwa yang bersangkutan sudah layak disebut sebagai penulis professional.

Era dot com ini adalah era para penulis memerlukan penyesuaian kepenulisan dari pola lama yang hanya fokus pada penulis artikel atau buku tradisional untuk kemudian menjadi penulis yang memahami era dot com, memahami berbagai sarana, fasilitas serta software yang memudahkan mereka untuk berkarya dalam bidang tulis menulis yang mereka senangi. Karena akan sangat sulit bagi seorang penulis yang masih tertinggal dan bertahan dengan pola tradisi lama. Tamsilannya anda bisa bayangkan bagaimana seorang penulis di zaman seperti sekarang ini masih mengandalkan mesin tik dalam cara berkaryanya. Memang tidak ada yang salah di sana, tetapi membayangkan anda masih mengetik sembari memberikan koreksi di sana sini dengan mempergunakan tip-Ex tentulah sungguh sebuah Ironi. Siapapun memerlukan perubahan, dan perubahan membutuhkan penyesuaian. Anda perlu menyesuaikan diri dengan era dot com. Dunia dimana semua serba terbuka transparan dan sederhana, asal tahu caranya.



Apakah seorang penulis zaman ini bisa mengabaikan kehadiran jejaring sosial? Jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Linked-In, StumbleUpon, Tumblr, Google, Yahoo, Bing dll? Sementara penulis lainnya justeru telah berada dari bagian jejaring sosial itu sendiri. Saya masih ingat pengalaman sebagai penulis artikel koran di tahun 70an. Kita harus berlangganan beberapa koran utama, atau sering nongkrong di kios-kios koran langganan untuk sekedar melihat apakah tulisan kita dimuat pada hari itu apa tidak? Atau untuk mengetahui berita atau isu apa yang lagi “in” di berbagai media masa. Menulis pada waktu itu sungguh membutuhkan ketelatenan dan cerdas menyimpan informasi yang bakal jadi referensi bagi tulisan-tulisan berikutnya. Bayangkan, sekarang dengan perangkat komputer dan jaringan internet semua bisa dilakukan dengan mudahnya, dan bisa dilakukan dari mana saja sejauh ada koneksi online.

Saya pernah berada pada kondisi seperti itu, tetapi motivasinya berbeda. Waktu tahun-tahun 70 an saat masih mahasiswa di UGM Yogyakarta. Niatnya sangat sederhana, berusaha dan berjuang untuk bisa menjadi penulis Koran demi mendapatkan honornya. Saat itu belum ada computer, belum ada wifi dan kehidupan Online. Yang ada barulah mesin tik dan Tip Eks sebagai penghapusnya. Di tengah berbagai keterbatasan dan kegiatan perkuliahan, di situlah upaya  pelatihan untuk jadi menulis dengan otodidak ( Kisah selengkapnya sobat bisa lihat dibuku saya: Ketika Semua Jalan Seolah Tertutup… Menulis Malah Memberiku Semuanya). Hasilnya setelah enam bulan mengetik siang dan malam barulah satu tulisan saya dimuat di Koran  Dua Mingguan Eksponen di jalan KH Dahlan-Yogyakarta. Senangnya bukan main. 
Dua bulan berikutnya, hampir semua Koran nasional sudah menerbitkan artikrl-artikrel saya. Yang paling melegakan, saya dapat mempertahankan penghasilan honor dari tulisan saya perbulannya antara 17-35 ribu rupiah perbulannya. Saya masih ingat anak bupati teman saya, yang kostnya di Realino waktu itu wesselnya baru sebesar Dua puluh lima ribu rupiah. Harga beras per Kg baru tiga puluh rupiah. Jadi harga satu artikel di harian Nasional seperti Kompas-Sinar Harapan dan Surabaya Post waktu itu bervariasi antara 17,500 sampai 30,000 rupiah atau setara dengan 580 kg -1000 kg beras ukuran sedang, sementara Koran Lokal seperti Kedaulatan Rakyat, Pikiran Rakyat dan Suara Merdeka bervariasi antara 1500-2500 rupiah. Berkaca dengan pengalaman ini maka menjadi penulis professional adalah soal kemauan.

Inilah beberapa tips atau kiat yang umumnya dilakukan para penulis pemula, sehingga tulisannya berhasil menembus media. Di antaranya;


Perhatikan gaya penulisan media tersebut. Demikian juga dengan gaya penulisan opininya di koran tersebut, sebab masing-masing media mempunyai standar dan selera penulisan yang berbeda.

Topik Aktual. Koran terbit setiap hari, isu berubah setiap saat. Untuk menulis topik aktual, tantangannya adalah  untuk tidak hanya mengerti isu-isu terdahulu tapi juga memprediksi isu yang akan datang. Karena itu mengikuti isu yang tengah berkembang di media tersebut, namun bukan semacam berita melainkan opini dengan perspektif. Sebagai penulis opini, kita dituntut cermat menghadirkan perspektif baru untuk mengurai persolan yang tengah terjadi bahan penulisan melalui tersebut tersebut.

Ide Orisinal Bukan Plagiat atapun Kompilasi. Terkadang data didapat dari tulisan lain. Tapi yang perlu diperhatikan, jangan sampai data itu justru menjadi yang utama dalam tulisan. Kembangkan ide terlebih dahulu baru kemudian data mengikuti. Coba lihat dari sisi yang berbeda, kaitkan dengan pemikiran arus utama.

Argumentasi Logis.Logisme adalah syarat mutlak supaya ide dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Karena, tujuan menulis sejatinya adalah untuk menyumbang solusi dan tidak bertele-tele. Kurangi kata ‘kita’. Karena kata ‘kita’ mengesankan tulisan tersebut adalah tajuk rencana atau tulisan untuk meyapa redaksi. Sebut saja saya atau penulis kecuali kalau sifatnya memang sudah common sense.

Mengikuti Aturan.Perhatikan betul ejaan yang digunakan. Perhatikan pula aturan yang ditentukan oleh redaksi, misalnya: jenis tulisan, jumlah karakter, margin, spasi, dan seterusnya. Sebaik-baiknya tulisan tapi jika tidak mengikuti aturan tetap akan ditolak oleh redaksi. Kemudian menggunakan Bahasa yang Sopan.Kebanyakan media kini menerima tulisan melalui e-mail. Karena kemudahan ini, terkadang kaidah dan etika menulis surat terabaikan. Tulislan isi e-mail dengan sapaan kepada redaksi dan berisi maksud e-mail tersebut dengan bahasa yang sopan. Dengan begitu, redaksi jadi lebih merasa dihormati.

Perbanyak referensi. Sebuah tulisan akan sulit meyakinkan redaksi kolom opini jika referensinya kurang meyakinkan, entah itu sebagai data penguat, atau teori yang digunakan dalam menopang perspektif tulisannya. Meski referensi yang berlebihan juga pasti akan menyebalkan, dan itu tentu tidak disukai.

Afiliasi dalam sebuah lembaga atau organisasi. Biasanya, background seorang penulis opini juga dipertimbangkan. Hal ini bisa dimaklumi, misalkan anda seorang peneliti dari lingkungan Kementerian Pertahanan. Meskipun apa yang anda tuliskan sebenarnya tidak jauh beda dari penulis lainnya, tetapi latar belakang anda dari Kementerian terkait telah mempunyai nilai tersendiri bagi mereka. Lagi pula Harian tersebut ada juga keinginan untuk melahirkan penulis dari lingkungan Kementerian Pertahanan. 

Dari pengalaman penulis sendiri, sering terasa ada perhatian dari Redaksi terkait dimana posisi penulisnya. Saya masih ingat takkala penulis melakukan penegasan batas antara Indonesia dan Papua New Guinea, semua tulisan yang saya kirimkan dari lokasi tersebut dimuat oleh media yang saya kirimi. Begitu juga pada saat saya melaksanakan Kuliah Kerja Nyata, semua tulisan-tulisan dari lapangan tersebut dimuat oleh media yang saya kirimi. Kesan saya waktu itu, redaksinya seperti ingin membantu penulisnya. Dengan kata lain latarbelakang si penulis termasuk sesuatu yang jadi pertimbangan redaksi.

Juga jangan lupa untuk melampirkan data diri penulis. Syarat yang satu ini juga penting. Jangan lupa cantumkan scan KTP atau tanda diri lainnya seperti nomor NPWP, nomor rekening (biasanya ada honor untuk penulis), dan foto diri . Untuk syarat seperti ini, biasanya agak berbeda antara Koran yang satu dan lainnya, karena itu perlu disesuaikan dengan permintaan media bersangkutan.




No comments:

Post a Comment