Pada saat ini sebenarnya peluang untuk bisa mendapatkan penghasilan dan kepuasan lewat menulis jumlahnya semakin banyak. Disamping sebagai penulis dengan cara konvensional, sekarang menulis untuk kepentingan media online juga tidak kalah serunya. Maksud saya tidak kalah jumlahnya. Anda bisa jadi penulis artikel online, penulis media online.Ragam tulisannya juga tidak kalah banyaknya puluhan atau bahkan ratusan segmen kehidupan membutuhkan jasa kepenulisan. Anda bisa jadi penulis artikel untuk online dengan harga mulai dari 5000 rupiah per seratus kata. Anda juga bisa memanfaatkan software “spinner” untuk menduplikasi artikel anda tetapi tetap bisa lolos sensor “plagiat”. Anda cukup menuliskan sebuah tulisan asli dengan sentuhan ke ahlian anda. Setelah itu duplikasi artikel anda hingga puluhan artikel setara. Artinya kalau tulisan anda itu dengan jumlah kata 1000 kata atau setara rp 50000, setelah anda “spinned nilainya menjadi 1juta hingga dua juta rupiah. Dan itu tidak menyalahi kode etik jurnalistik(?)
Penulis
Kejar Honor,Penting Tulis Saja Dulu
Oleh harmen batubara
Mengirimkan artikel ke suatu
harian atau Koran atau kolom opini di media massa, mungkin menjadi dambaan bagi
para penulis. Entah menulis untuk koran berskala nasional atau pun lokal, yang
jelas ada prestise tersendiri bagi penulisnya serta kepuasan berbagi perspektif
pada masyarakat. Namun demikian, kita harus punya perhitungan sebab kita akan
bersaing dengan banyak penulis profesional. Keraskah persaingan itu? Jawabnya
tentu relative. Kalau tulisan anda memang bagus dan berkualitas serta pada
waktu yang tepat, maka kemungkinan artikel anda untuk dimuat besar sekali.
Tetapi apakah itu suatu jaminan? Tentu tidak, sebab pada ahirnya yang berhak
menentukan dimuat tidaknya tulisan anda tersebut tergantung Redaksi dan
Pimpinan Redaksinya.
Pada saat ini sebenarnya peluang
untuk bisa mendapatkan penghasilan dan kepuasan lewat menulis jumlahnya semakin
banyak. Disamping sebagai penulis dengan cara konvensional, sekarang menulis
untuk kepentingan media online juga tidak kalah serunya. Maksud saya tidak
kalah jumlahnya. Anda bisa jadi penulis artikel online, penulis media
online.Ragam tulisannya juga tidak kalah banyaknya puluhan atau bahkan ratusan
segmen kehidupan membutuhkan jasa kepenulisan. Anda bisa jadi penulis artikel
untuk online dengan harga mulai dari 5000 rupiah per seratus kata. Anda juga
bisa memanfaatkan software “spinner” untuk menduplikasi artikel anda tetapi
tetap bisa lolos sensor “plagiat”. Anda cukup menuliskan sebuah tulisan asli
dengan sentuhan ke ahlian anda. Setelah itu duplikasi artikel anda hingga
puluhan artikel setara. Artinya kalau tulisan anda itu dengan jumlah kata 1000
kata atau setara rp 50000, setelah anda “spinned nilainya menjadi 1juta hingga
dua juta rupiah. Dan itu tidak menyalahi kode etik jurnalistik(?)
Kita kembali ke Buku 7 Cara
Menulis Artikel Yang Disukai Koran memperlihatkan bahwa dalam upaya menulis di
media arus utama ini, kita perlu banyak belajar dari penulis lain tentang
keberhasilan mereka menembus media massa. Yakni dengan membaca artikel-artikel
mereka serta memperhatikan waktu artikel tersebut dimuat. Salah satu rubrik
paling polpuler adalah opini, dimana banyak penulis profesional begitu antusias
menulis di sini. Karena itu, saya ingin mengatakannya di sini, bahwa mencoba
kemampuan menulis anda bisa diukur dari sisi ini. Meski demikian bukan berarti
sebuah tulisan yang tidak bisa dimuat di suatu kolom opini Surat Kabar berarti
tulisan tersebut jelek. Dalam hal ini ada terpaut soal selera. Tetapi sebagai
calon penulis professional hal seperti ini bisa jadi pertanda. Mampukah anda
membuat tulisan dan dimuat di Koran tersebut. Mulailah berjenjang, urutkan dari
Koran kecil di kota anda, kemudian ke kota tetangga dan seterusnya hingga Koran
terbaik di negeri ini. Menurut saya ide seperti itu akan mampu menumbuhkan
adrenalin kepenulisan anda, dan itu sesuatu yang menarik. Hal itulah yang
diuraikan dalam buku ini.
Kalau tulisan anda sudah bisa
dimuat oleh sebuah Koran, itu berarti Tulisan anda sudah sesuai dengan standar
kepenulisan yang ada dalam Koran tersebut. Sebaliknya, kalau tulisan anda belum
berhasil untuk dimuat oleh sebuah surat kabar yang anda inginkan, maka itu
berarti tulisan anda memang belum dapat memenuhi standar Koran yang
bersangkutan.Para pembaca yang budiman, banyak juga penulis yang sudah keburu
angkat tangan sebelum dia mengirimkan tulisannya ke sebuah Koran. Apalagi sudah
sering mendengar bahwa bila tulisan kita bisa dimuat oleh Koran tertentu, hal
itu sebagai simbol kepiawaian penulis yang bersangkutan. Bahwa yang
bersangkutan sudah layak disebut sebagai penulis professional.
Era dot com ini adalah era para
penulis memerlukan penyesuaian kepenulisan dari pola lama yang hanya fokus pada
penulis artikel atau buku tradisional untuk kemudian menjadi penulis yang
memahami era dot com, memahami berbagai sarana, fasilitas serta software yang
memudahkan mereka untuk berkarya dalam bidang tulis menulis yang mereka
senangi. Karena akan sangat sulit bagi seorang penulis yang masih tertinggal
dan bertahan dengan pola tradisi lama. Tamsilannya anda bisa bayangkan
bagaimana seorang penulis di zaman seperti sekarang ini masih mengandalkan
mesin tik dalam cara berkaryanya. Memang tidak ada yang salah di sana, tetapi
membayangkan anda masih mengetik sembari memberikan koreksi di sana sini dengan
mempergunakan tip-Ex tentulah sungguh sebuah Ironi. Siapapun memerlukan
perubahan, dan perubahan membutuhkan penyesuaian. Anda perlu menyesuaikan diri
dengan era dot com. Dunia dimana semua serba terbuka transparan dan sederhana,
asal tahu caranya.
Apakah seorang penulis zaman ini
bisa mengabaikan kehadiran jejaring sosial? Jejaring sosial seperti Facebook,
Twitter, Linked-In, StumbleUpon, Tumblr, Google, Yahoo, Bing dll? Sementara
penulis lainnya justeru telah berada dari bagian jejaring sosial itu sendiri.
Saya masih ingat pengalaman sebagai penulis artikel koran di tahun 70an. Kita
harus berlangganan beberapa koran utama, atau sering nongkrong di kios-kios
koran langganan untuk sekedar melihat apakah tulisan kita dimuat pada hari itu
apa tidak? Atau untuk mengetahui berita atau isu apa yang lagi “in” di berbagai
media masa. Menulis pada waktu itu sungguh membutuhkan ketelatenan dan cerdas
menyimpan informasi yang bakal jadi referensi bagi tulisan-tulisan berikutnya.
Bayangkan, sekarang dengan perangkat komputer dan jaringan internet semua bisa
dilakukan dengan mudahnya, dan bisa dilakukan dari mana saja sejauh ada koneksi
online.
Saya pernah berada pada kondisi
seperti itu, tetapi motivasinya berbeda. Waktu tahun-tahun 70 an saat masih
mahasiswa di UGM Yogyakarta. Niatnya sangat sederhana, berusaha dan berjuang
untuk bisa menjadi penulis Koran demi mendapatkan honornya. Saat itu belum ada
computer, belum ada wifi dan kehidupan Online. Yang ada barulah mesin tik dan
Tip Eks sebagai penghapusnya. Di tengah berbagai keterbatasan dan kegiatan
perkuliahan, di situlah upaya pelatihan untuk jadi menulis dengan
otodidak ( Kisah selengkapnya sobat bisa lihat dibuku saya: Ketika Semua Jalan
Seolah Tertutup… Menulis Malah Memberiku Semuanya). Hasilnya setelah enam bulan
mengetik siang dan malam barulah satu tulisan saya dimuat di Koran Dua
Mingguan Eksponen di jalan KH Dahlan-Yogyakarta. Senangnya bukan main.
Dua
bulan berikutnya, hampir semua Koran nasional sudah menerbitkan
artikrl-artikrel saya. Yang paling melegakan, saya dapat mempertahankan
penghasilan honor dari tulisan saya perbulannya antara 17-35 ribu rupiah
perbulannya. Saya masih ingat anak bupati teman saya, yang kostnya di Realino
waktu itu wesselnya baru sebesar Dua puluh lima ribu rupiah. Harga beras per Kg
baru tiga puluh rupiah. Jadi harga satu artikel di harian Nasional seperti
Kompas-Sinar Harapan dan Surabaya Post waktu itu bervariasi antara 17,500
sampai 30,000 rupiah atau setara dengan 580 kg -1000 kg beras ukuran sedang,
sementara Koran Lokal seperti Kedaulatan Rakyat, Pikiran Rakyat dan Suara
Merdeka bervariasi antara 1500-2500 rupiah. Berkaca dengan pengalaman ini maka
menjadi penulis professional adalah soal kemauan.
Inilah beberapa tips atau kiat yang umumnya dilakukan para penulis pemula, sehingga tulisannya berhasil menembus media. Di antaranya;
Perhatikan gaya penulisan media
tersebut. Demikian juga dengan gaya penulisan opininya di koran tersebut, sebab
masing-masing media mempunyai standar dan selera penulisan yang berbeda.
Topik Aktual. Koran terbit
setiap hari, isu berubah setiap saat. Untuk menulis topik aktual, tantangannya
adalah untuk tidak hanya mengerti isu-isu terdahulu tapi juga memprediksi
isu yang akan datang. Karena itu mengikuti isu yang tengah berkembang di media
tersebut, namun bukan semacam berita melainkan opini dengan perspektif. Sebagai
penulis opini, kita dituntut cermat menghadirkan perspektif baru untuk mengurai
persolan yang tengah terjadi bahan penulisan melalui tersebut tersebut.
Ide Orisinal Bukan Plagiat atapun
Kompilasi. Terkadang data didapat dari tulisan lain. Tapi yang perlu
diperhatikan, jangan sampai data itu justru menjadi yang utama dalam tulisan.
Kembangkan ide terlebih dahulu baru kemudian data mengikuti. Coba lihat dari
sisi yang berbeda, kaitkan dengan pemikiran arus utama.
Argumentasi Logis.Logisme adalah
syarat mutlak supaya ide dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Karena,
tujuan menulis sejatinya adalah untuk menyumbang solusi dan tidak bertele-tele.
Kurangi kata ‘kita’. Karena kata ‘kita’ mengesankan tulisan tersebut adalah
tajuk rencana atau tulisan untuk meyapa redaksi. Sebut saja saya atau penulis
kecuali kalau sifatnya memang sudah common sense.
Mengikuti Aturan.Perhatikan
betul ejaan yang digunakan. Perhatikan pula aturan yang ditentukan oleh
redaksi, misalnya: jenis tulisan, jumlah karakter, margin, spasi, dan
seterusnya. Sebaik-baiknya tulisan tapi jika tidak mengikuti aturan tetap akan
ditolak oleh redaksi. Kemudian menggunakan Bahasa yang Sopan.Kebanyakan media
kini menerima tulisan melalui e-mail. Karena kemudahan ini, terkadang kaidah
dan etika menulis surat terabaikan. Tulislan isi e-mail dengan sapaan kepada
redaksi dan berisi maksud e-mail tersebut dengan bahasa yang sopan. Dengan
begitu, redaksi jadi lebih merasa dihormati.
Perbanyak referensi. Sebuah
tulisan akan sulit meyakinkan redaksi kolom opini jika referensinya kurang
meyakinkan, entah itu sebagai data penguat, atau teori yang digunakan dalam
menopang perspektif tulisannya. Meski referensi yang berlebihan juga pasti akan
menyebalkan, dan itu tentu tidak disukai.
Afiliasi dalam sebuah lembaga
atau organisasi. Biasanya, background seorang penulis opini juga
dipertimbangkan. Hal ini bisa dimaklumi, misalkan anda seorang peneliti dari
lingkungan Kementerian Pertahanan. Meskipun apa yang anda tuliskan sebenarnya
tidak jauh beda dari penulis lainnya, tetapi latar belakang anda dari
Kementerian terkait telah mempunyai nilai tersendiri bagi mereka. Lagi pula
Harian tersebut ada juga keinginan untuk melahirkan penulis dari lingkungan
Kementerian Pertahanan.
Dari pengalaman penulis sendiri, sering terasa ada
perhatian dari Redaksi terkait dimana posisi penulisnya. Saya masih ingat
takkala penulis melakukan penegasan batas antara Indonesia dan Papua New
Guinea, semua tulisan yang saya kirimkan dari lokasi tersebut dimuat oleh media
yang saya kirimi. Begitu juga pada saat saya melaksanakan Kuliah Kerja Nyata,
semua tulisan-tulisan dari lapangan tersebut dimuat oleh media yang saya
kirimi. Kesan saya waktu itu, redaksinya seperti ingin membantu penulisnya.
Dengan kata lain latarbelakang si penulis termasuk sesuatu yang jadi
pertimbangan redaksi.
Juga jangan lupa untuk
melampirkan data diri penulis. Syarat yang satu ini juga penting. Jangan lupa
cantumkan scan KTP atau tanda diri lainnya seperti nomor NPWP, nomor rekening
(biasanya ada honor untuk penulis), dan foto diri . Untuk syarat seperti ini,
biasanya agak berbeda antara Koran yang satu dan lainnya, karena itu perlu
disesuaikan dengan permintaan media bersangkutan.
No comments:
Post a Comment