Oleh : Harmen Batubara
Lihat PeluangMu Nikmati PerjuanganMu. Menurut Gede Prama, setiap orang lahir bersama peluangnya. Namun sebenarnya, kalau kita jeli belum tentu setiap orang peduli terhadap peluang. Banyak pula diantara kita yang tidak sempat berpikir tentang peluang itu sendiri. Umumnya kita menerima saja ritme kehidupan itu, terserah ia mau dibawa kemana. Tetapi sudah tepatkah sipat seperti itu ? Kalau hidup sudah tidak lagi pernah dievaluasi, maka sebenarnya ritme seperti itu tidak ada bedanya dengan ritme kehidupan hewani. Ya, hidup adalah hari ini, persoalan besok itu soal lain lagi. Atau kelewat peduli seperti kata WS Rendra, “ Kemarin- esok adalah hari ini “. Atau apakah anda tidak percaya bahwa segala sesuatunya itu telah sesuai dengan desain sang pencipta ?
Mereka yang mempunyai paham optimis,
meyakini bahwa peluang sebenarnya selalu ada dan akan ada. Masalahnya
peluang itu sering muncul tidak persis
seperti yang kita asumsikan. Kalaupun ia datang, kondisinya tidak ideal
sebagaimana yang diharapkan. Katakan anda dari Bandung, tepatnya dari Cimahi
mau ke Jakarta dan inginnya lewat Puncak. Tetapi setiap Bis yang anda stop,
selalu penuh dan mereka tak mau membawa anda. Sementara pada waktu yang
bersamaan dan malah hampir setiap saat selalu ada Angkutan Kota dari Cimahi ke
Cianjur, dan umumnya selalu saja tersedia tempat kosong. Kalau saja anda mau,
anda bisa naik itu; dan dari Cianjur bisa diteruskan oleh Angkot Cianjur- Bogor dan seterusnya Bisnonstop
Bogor – Jakarta.
Sesungguhnya, peluang itu sebenarnya selalu ada; hanya kitalah yang tidak persis mengenalnya atau kalaupun ia datang wujutnya tidak seperti yang kita persepsikan. Untuk selalu mampu mengambil peluang itu, dibutuhkan talenta dan kesediaan untuk berubah. Hal seperti ini, sulit untuk bisa diterima oleh setiap orang. Orang umumnya tidak mau kalau suatu perubahan itu, berlangsung dengan ritme yang berbeda. Orang cenderung ingin sesuatu yang biasa atau yang lazim serta dapat diperediksi secara jelas. Sangat sulit dibayangkan seseorang yang telah belasan tahun menekuni usaha atau kariernya untuk kemudian merubah arah serta memulainya dari posisi lebih bawah lagi; padahal secara sadar ia tahu persis kesempatannya di tempat lama sudah dapat dikatakan pupus sama sekali.
Bagai
Produk
Sebenarnya banyak jalan yang bisa ditempuh untuk mencapai suatu keinginan, menurut Tom Pieters penulis Buku “The Brand You”, Kau adalah produkmu. Bagaimana kau bisa menjual “dirimu”, dan kemana kau bisa menjualnya, sangat tergantung dengan image yang anda bangun itu sendiri. Ibarat suatu produk kata Tom, dapatkah anda membayangkan produk apakah sebenarnya anda itu. Karena andalah yang menjadi “desain” anda, maka
Baca Juga : Buku Pilkada, 10 Langkah Efektif Memenangkan Pilkada
Seyogyanya anda
sendirilah yang tahu persis produk seperti apakah yang anda persepsikan
terhadap diri anda sendiri. Anda juga yang sudah mempersiapkan atau mencari
segmen pasar yang memang tepat terhadap produk tersebut. Dalam pemahaman yang
amat sederhana, semua orang sebenarnya sudah melakukannya ; hanya saja memang
banyak yang melakukannya tanpa pola serta arah yang jelas dan tidak terukur.
Misalnya, para orangtua yang menyekolahkan putranya, meskipun tidak ada target
yang jelas, tetapi minimal agar si anak kelak lebih baik dari dirinya sendiri.
Bagi sebagian lainnya, memang telah mempersiapkan disain pendekatan. Mereka
secara empiris sudah dapat melihat bakat putranya sedari dini. Karena itu
mereka membuat suatu cetak biru pendekatan demikian pula tentang pendanaannya;
mereka sediakan secara terencana, baik itu lewat asuransi atau bentuk-bentuk
lain yang memungkinkan putra mereka kelak tetap terbantu pendanaan
pendidikannya. Meskipun suatu hari kelak sang anak merasa tidak sepenuhnya
setuju dengan rencana “ blue print “ orang tuanya; tokh membuat perubahan
tidaklah susah-susah amat. Yang jelas sang anak sudah terencana secara benar
tentang akan jadi apa dia kelak. Masalahnya adalah; tidak banyak orangtua yang
mampu mempersiapkan program yang jelas
bagi anak-anak mereka. Contohnya ya barangkali diri kita sendiri. Yang tidak
jelas produk macam apakah kita ini. Dan bisa di “jual” kemana dan dengan harga
berapa.
Bagi mereka yang masih muda, tentu dengan mudah dapat kembali mengevaluasi
“hidup” mereka. Artinya, mereka bisa memulainya dari awal kembali. Mereka
tinggal mengintip pasar, sehingga tahu persis produk seperti apa sebenarnya yang
bisa mereka jual ke pasar seperti itu. Kalau mereka menginginkan jadi seorang CEO di perusahaan Multi
National. Maka tentu yang dilihat pertama kali adalah persyaratan jadi CEO
seperti itu. Misalnya pendidikannya apa saja; ketrampilan penunjang dan pengalaman-pengalaman
yang diperlukan. Atau menjadi seorang Birokrat, apakah itu di Sipil atau
Militer. Umumnya selalu ada kriteria yang menjadi dasar, seperti pendidikan,
ketrampilan penunjang dan pengalaman dst.dst. Kemudian mereka tinggal membuat
suatu perencanaan agar persyaratan tadi bisa terpenuhi. Secara teoritis hal
seperti itu bisa dilakukan, meskipun nantinya akan selalu muncul dinamika;
tetapi dinamika itu selalu bisa dievaluasi dan diubah suai atau disesuaikan
kembali.
Perencanaan juga tidaklah suatu pendekatan yang mati; artinya berbagai
kondisi bisa saja ikut mempengaruhi jalannya pencapaian. Misalnya, untuk memperoleh pendidikan harus
dilakukan sambil bekerja cari uang. Artinya, anda tidak punya sumber pendanaan
yang spesifik bagi kuliah anda. Hal seperti itu tidak jadi soal; dalam suatu
perencanaan selalu ada kondisi seperti itu. Ujungnya adalah, berapa penghasilan
anda yang sebenarnya. Untuk merealisir cita-cita anda, tentu harus membutuhkan
dana; seberapa besar dana yang diperlukan. Untuk mencari dana seperti itu,
apakah anda bayar didepan atau di belakang. Kalau di depan itu artinya anda
harus mencari penghasilan tambahan. Dari mana anda bisa mencari penghasilan
tambahan ? Tentu banyak sekali pilihannya. Tergantung hal itu dilakukan dengan kerja
tenaga atau pikiran. Kalau pembayarannya dibelakang, anda bisa mencari dana
pinjaman; sumber-sumber dana pinjaman pada saat ini sangat banyak ragamnya.
Terserah anda pilih yang mana. Pendek kata, selalu ada jalan keluar yang
elegan.
Yang sering terjadi adalah ketemu jalan buntu,artinya anda tidak punya
modal untukberbuat apa saja termasuk untuk sekedar mencari informasi. Kondisi
seperti ini yang sering membuat seseorang kehilangan harkat diri; merasa
dirinya tak lebih dari seekor hewan yang ditinggal oleh tuannya.Pegangannya
adalah jangan berhenti dalam perasaan seperti itu.Tapi perlu keyakinan bahwa
setiap jalan buntu, jangan teruskan ke ujungnya tapi kembalilah ke simpang
terahir ; terserah anda mau ke kiri atau ke kanan atau malah balik lagi ke
awal. Pastikan bahwa setiap gang pasti ada jalan utamanya; pastikan kalau jalan
mendaki pasti ada turunannya dst.dst. Kalau anda lagi kepayahan dalam
pendakian; kau tetap punya banyak pilihan. Kau bisa istirahat, lakukan
evaluasi; apakah kau terus menuju puncak atau mencari jalan alternatif lain.
Tapi yang perlu diyakini adalah diperlukan kesabaran, talenta, arah yang jelas
dan keyakinan.
Seorang anak muda lulusan S1 informasi, sudah enam bulan mencari pekerjaan
kesana, kemari. Menurut penuturannya hampir setiap kantor sudah dia datangi,
tak peduli itu swasta maupun negeri tapi tak pernah ada yang menerimanya. Sinar
matanya jadi kuyu, badannya sudah setengah layu sesuai dengan penampilannya
yang sudah mencerminkan keputus asaan.Diujung semua keluhannya, penulis sengaja
memberikan senyuman padanya, suatu tanda hal seperti itu adalah sesuatu yang
biasa. Saya memberinya uang lima puluh ribu, temui saya besok waktu ashar di
mesjid ini.Kami lalu berpisah.
Benar besoknya dia sudah ada, dan sedikit lebih ceria.Kau punya teman? Ya
ada, kerja di angkot. Kau mau jadi kernetnya? Maksud bapak ? Kau cukup jawab ya
atau tidak ? Ya. Kau percaya dia mau menerima anda? Pasti. Oke lakukan itu
dengan sungguh-sungguh sekarang juga dan gunakan semua kemampuanmu untuk mendapatkan
peluang yang kau mau. Temui aku seminggu lagi pada waktu yang sama. Lalu
penulis memberinya uang seratus ribu rupiah. Lama ia menatap mata penulis,
jangan salah sangka sahabat, lakukanlah dengan sungguh-sungguh. Kami lalu
berpisah. Kenapa penulis melakukan itu ?
Karena konsep itu tadi. Peluang sebenarnya selalu ada, hanya kita tidak bisa
mengenalinya dan sangat percaya kalau seseorang berbuat sesuatu pasti ada jalan
keluar untuk itu.
Baca Juga : LandingPress Buat Website Bisnis Lebih Menyenangkan
Seminggu kemudian ketika bertemu lagi semuanya sudah berubah. Pakaiannya
sudah persis seorang kernet dengan sebungkus rokok di kantongnya. Apa yang
telah kau dapatkan anakmuda? Bapak benar, tiga hari setelah jadi kernet peluang
itu datang. Aku waktu itu mengantar seseorang
yang mau mencarter angkot untuk membawa barangnya dari Stasiun KA ke
rumahnya di Gedebage. Diluar dugaan sama sekali. Bapak itu menanyakan
kalau-kalau punya teman yang bisa jadi supir, dia perlu supir. Saya bilang saya bisa. Dia lalu bertanya apakah saya juga bisa Komputer ?
Saya bilang saya bisa; saya S1 dari Jurusan Komputer. Dia lalu menerima saya;
sejak kemarin saya sudah resmi jadi sopir dan asistennya, ternyata beliau
adalah Kolonel Angkatan Darat yang bertugas sebagai Security Officer pada
perusahaan Survei milik pemerintah Jepang. Pada hari itu dia pilih Angkot,
hanya karena beliau pingin kembali merasakan naik angkot. Di rumahnya ternyata
beliau mempunyai Sedan Camry 2.5 dan Honda CRV tahun 2020. Dia lalu mencium tangan penulis dan mengucapkan terima kasih; hemat saya
sangat tulus sekali.
Hal yang perlu jadi pegangan adalah anda harus mempunyai ketrampilan, punya
kualifikasi dan seterusnya. Artinya anda perlu mempunyai ketrampilan entah itu
formal dengan ditandai oleh selembar izasah atau sertifikat. Kalau anda belum
punya maka upaya pertama adalah untuk memilikinya. Bagaimana anda memperolehnya
? Juga banyak cara untuk itu. Artinya kalau anda punya niat, dan
sungguh-sungguh jalan untuk itu pasti ada, yang penting lakukan sesuatu untuk
mendapatkannya. Caranya banyak sekali, mulai dari cara-cara tradisional seperti
dengan membayar uang kuliah atau uang kursus atau dengan cara bekerja sambil
kuliah atau sambil kursus.
Sering terjadi adalah kalau kita tidak punya persepsi yang positif dengan
hukum Tuhan atau hukum alam; artinya di dunia ini kita harus berpegang dengan
aturan-aturan yang ada. Kita harus mau dan berkenan dengan aturan aturan itu.
Yang kerap dilupakan orang adalah, mencari sesuatu dengan cara-cara yang sangat
vulgar; sama seperti para peminta-minta, mereka “berdandan” dengan memelas dan
mengulurkan tangan. Mencari kerja dengan melamar kesana kemari tanpa “ polesan”
koneksi, tanpa networking samalah halnya dengan cara para peminta-minta di
pinggir jalan. Bukan mereka tidak butuh anda, tapi ya karena tidak kenal saja.
Kemudian jangan kaku, tapi justeru harus fleksibel dan kuasai atau kenali
medan. Jadi sebenarnya kalau zaman
sekarang anda masih saja jadi seorang pengangguran maka itu ada yang salah di
sana, yakni pada cara pandang anda. Dunia ini sangat sederhana, hukumnya juga
sangat sederhana, kalau anda datang dengan cara sederhana dan bersahabat maka
dunia ini ada dalam gemgaman anda.
No comments:
Post a Comment